Liputan6.com, Lumajang - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar hadir dalam peringatan 100 hari meninggalnya Salim Kancil, di Lumajang, Jawa Timur, Minggu 3 Desember 2016.
Dalam peringatan tersebut, Marwan berpesan agar masyarakat mengenang Salim Kancil sebagai ikon perjuangan melawan sikap aparatur daerahnya yang sewenang-wenang merusak lingkungan.
"Saya meminta masyarakat mengenang Salim Kancil. Saat mendapat undangan peringatan 100 hari meninggalnya Salim Kancil, saya langsung nyatakan akan hadir dan memberikan dukungan kepada masyarakat agar terus peduli dengan desa dan lingkungannya," ujar Marwan dalam keterangan tertulis, Minggu (3/1/2016).
Menurut Marwan, apa yang diperjuangkan Salim terkait penolakan tambang pasir di daerahnya cukup beralasan. "Dia (Salim Kancil) sadar, dampaknya tidak hanya hari itu saja, tapi generasi mendatang akan bernasib lebih buruk lagi jika lingkungan daerahnya rusak," tegas Marwan.
Baca Juga
Advertisement
Marwan berharap perjuangan antitambang di Selok Awar-awar tidaj berhenti setelah ditinggal Salim Kancil. Tapi, diikuti masyarakat lainnya yang punya kepedulian yang sama.
"Yang paling penting, perlawananan masyarakat tidak anarkis dan tidak ada kepentingan pribadi. Harus berdasarkan kepentingan bersama," tega dia.
Peringatan 100 hari gugurnya Salim Kancil, lanjut Marwan, adalah momentum untuk menata kembali pola pengelolaan sumber daya alam yang ada di desa, termasuk pengelolaan pertambangan desa.
Kekayaan pertambangan desa merupakan anugerah Tuhan untuk seluruh warga desa, bukan untuk seseorang atau kalangan tertentu.
"Karena itulah pengelolaannya harus melibatkan partisipasi seluruh warga desa dan untuk kesejahteraan seluruh warga desa," jelas Marwan.
Tewasnya Salim Kancil dilatarbelakangi perselisihan antara para petani yang produksi pertaniannya rusak akibat kegiatan penambangan dan warga yang mencari nafkah dengan menambang pasir. Sekelompok warga propenambangan pasir diduga menganiaya Salim Kancil pada akhir September 2015.
Selain Salim, beberapa orang diduga menganiaya Tosan, petani yang juga menentang aktivitas penambangan pasir. Tosan luput dari maut dan dibawa ke rumah sakit dalam kondisi kritis. Dalam kasus itu, terungkap melibatkan puluhan orang dan salahnya adalah Kepala Desa setempat.