Liputan6.com, Jakarta Seorang balita Oklahoma kehilangan nyawanya akibat menelan satu keping baterai lithium bulat kecil berwarna perak, 28 Desember 2015 lalu. Brianna Florer balita nan cantik itu telah mengalami muntah darah dan tubuhnya membiru akibat menelan baterai ke dalam kerongkongannya.
Meski telah dilakukan operasi untuk mengeluarkan baterai tersebut, nyawa Brianna tetap tak tertolong karena perdarahan tak dapat dihentikan. Peneliti medis mengatakan autopsi yang dilakukan dalam dua hingga 4 bulan mendatang akan mengungkap penyebab pasti kematian Brianna.
Baca Juga
Advertisement
Ada 11.940 kasus serupa yang dialami balita di Amerika sejak tahun 2005 hingga 2014 menurut National Capitol Poison Center (NCPC). Komisi Keamanan Produk Konsumen (CPSC) mengatakan anak-anak di bawah usia 4 tahun harus dengan maksimal mendapatkan penjagaan agar tidak sembarangan memasukkan benda ke dalam mulutnya.
CPSC memperingatkan seorang anak dapat menderita luka bakar kimia sekiranya dua jam setelah menelan baterai lithium. Menurut National Institutes of Health (NIH), seseorang yang menelan satu baterai jenis tersebut akan merasakan sakit pada bagian perut dan juga nyeri pada dada, mual, hingga muntah berdarah.
Seperti dilansir Fox News, Selasa (12/01/2015), keluarga Brianna tidak menginginkan adanya tragedi serupa pada keluarga lainnya, dan mereka menyarankan untuk memastikan keselamatan anak saat bermain atau saat berdekatan dengan benda-benda kecil di sekitarnya.