Liputan6.com, Basyari - Hari ini 132 tahun silam, seorang penyair ternama bernama lengkap Gibran Khalil Gibran lahir ke dunia. Pria yang lahir di Basyari, Lebanon (saat itu masuk Provinsi Suriah di Khilafah Turki Utsmani) ini menghabiskan sebagian besar masa produktifnya di Amerika Serikat (AS).
Basyari merupakan daerah yang kerap disinggahi badai, gempa serta petir. Tak heran bila sejak kecil, mata pria yang dikenal dengan nama Kahlil Gibran sudah terbiasa menangkap fenomena-fenomena alam tersebut. Inilah yang nantinya banyak memengaruhi tulisan-tulisannya tentang alam.
Pada usia 10 tahun, bersama ibu dan kedua adik perempuannya, pria yang lahir pada 6 Januari 1883 itu pindah ke Boston, Massachusetts, AS. Tak heran bila kemudian Gibran kecil mengalami keterkejutan pada budaya baru, seperti yang banyak dialami oleh para imigran lain yang berhamburan datang ke Amerika Serikat pada akhir abad ke-19.
Baca Juga
Advertisement
Keceriaan Gibran di bangku sekolah umum di Boston, diisi dengan masa akulturasinya maka bahasa dan gayanya dibentuk oleh corak kehidupan Amerika. Namun, proses Amerikanisasi Gibran hanya berlangsung selama tiga tahun karena setelah itu dia kembali ke Beirut untuk mengemban studi di College de la Sagasse -- sekolah tinggi Katolik Maronit -- pada 1899 sampai 1902.
Selama awal masa remaja, visinya tentang tanah kelahiran dan masa depannya mulai terbentuk.
Kesultanan Usmaniyah yang sudah lemah, sifat munafik organisasi gereja, dan peran kaum wanita Asia Barat yang sekadar sebagai pengabdi, mengilhami cara pandangnya yang kemudian dituangkan ke dalam karya-karyanya yang berbahasa Arab.
Kahlil Gibran meninggalkan tanah airnya lagi saat ia berusia 19 tahun, namun ingatannya tak pernah bisa lepas dari Lebanon yang kemudian menjadi inspirasinya berkarya.
Di Boston dia menulis tentang negerinya itu untuk mengekspresikan dirinya. Ini yang kemudian justru memberinya kebebasan untuk menggabungkan 2 pengalaman budayanya yang berbeda menjadi satu.
Gibran menulis drama pertamanya di Paris dari tahun 1901 hingga 1902. Tatkala itu usianya menginjak 20 tahun. Karya pertamanya, "Spirits Rebellious" ditulis di Boston dan diterbitkan di New York City -- berisi 4 cerita kontemporer sebagai sindiran keras yang menyerang orang-orang korup yang dilihatnya. Akibatnya, Gibran menerima hukuman berupa pengucilan dari gereja Maronit -- meski dianggap sebagai harapan dan suara pembebasan bagi kaum tertindas di Asia Barat.
Masa-masa pembentukan diri selama di Paris cerai-berai ketika Gibran menerima kabar dari Konsulat Jenderal Turki, bahwa sebuah tragedi telah menghancurkan keluarganya. Adik perempuannya yang paling muda berumur 15 tahun, Sultana, meninggal karena TBC.
Gibran segera kembali ke Boston. Kakaknya, Peter, seorang pelayan toko yang menjadi tumpuan hidup saudara-saudara dan ibunya juga meninggal karena TBC. Ibu yang memuja dan dipujanya, Kamilah, juga telah meninggal dunia karena tumor ganas. Hanya adiknya, Marianna yang masih tersisa, dan ia pun kerap dihantui trauma penyakit dan kemiskinan keluarganya.
Kematian anggota keluarga yang sangat dicintainya itu terjadi antara bulan Maret dan Juni tahun 1903. Gibran dan adiknya lantas harus bertahan hidup berdua.
Hidup Dibiayai Adik
Pada tahun-tahun awal kehidupan mereka berdua, Marianna membiayai penerbitan karya-karya Gibran dengan uang dari hasil menjahit di Miss Teahan's Gowns. Berkat kerja keras sang adik, Gibran dapat meneruskan karier di dunia seni dan sastranya.
Pada tahun 1908 Gibran singgah di Paris lagi. Di sini dia hidup senang karena secara rutin menerima cukup uang dari Mary Haskell, seorang wanita kepala sekolah yang berusia 10 tahun lebih tua namun dikenal memiliki hubungan khusus dengannya sejak masih tinggal di Boston.
Dari tahun 1909 sampai 1910, dia belajar di School of Beaux Arts dan Julian Academy. Kembali ke Boston, Gibran mendirikan sebuah studio di West Cedar Street di bagian kota Beacon Hill. Ia juga mengambil alih pembiayaan keluarganya.
Pada tahun 1911, Gibran pindah ke New York. Di sana ia bekerja di apartemen di 51 West Tenth Street -- sebuah bangunan yang sengaja didirikan sebagai studio tempat ia melukis dan menulis.
Karya dan Kematian
Karya
Sebelum tahun 1912, karya sang filusuf yang berjudul "Broken Wings" diterbitkan dalam Bahasa Arab. Buku ini bercerita tentang cinta Selma Karami kepada seorang muridnya. Namun, Selma terpaksa menjadi tunangan kemenakannya sendiri, sebelum akhirnya menikah dengan suami yang merupakan seorang uskup yang oportunis. Karya Gibran ini sering dianggap sebagai otobiografinya.
Pengaruh "Broken Wings" terasa sangat besar di dunia Arab, karena menjadi yang pertama bagi wanita-wanita Arab yang dinomorduakan mempunyai kesempatan untuk berbicara bahwa mereka adalah istri yang memiliki hak untuk memprotes struktur kekuasaan yang diatur dalam perkawinan.
Cetakan pertama "Broken Wings" ini dipersembahkan untuk Mary Haskell.
Gibran sangat produktif dan hidupnya mengalami banyak perbedaan pada tahun-tahun berikutnya. Selain menulis dalam bahasa Arab, dia juga terus menyempurnakan penguasaan bahasa Inggrisnya dan mengembangkan kesenimanannya. Ketika terjadi perang besar di Lebanon, Gibran menjadi seorang pengamat dari kalangan nonpemerintah bagi masyarakat Suriah yang tinggal di Amerika.
Ketika Gibran dewasa, pandangannya mengenai dunia Timur meredup. Pierre Loti, seorang novelis Prancis, yang sangat terpikat dengan dunia Timur pernah berkata pada Gibran, kalau hal ini sangat mengenaskan! Disadari atau tidak, Gibran memang telah belajar untuk mengagumi kehebatan Barat.
Sebelum tahun 1918, Gibran sudah siap meluncurkan karya pertamanya dalam bahasa Inggris, "The Madman", "His Parables and Poems".
Persahabatan yang erat antara Mary tergambar dalam "The Madman". Setelah "The Madman", buku Gibran yang berbahasa Inggris adalah "Twenty Drawing" (1919) "The Forerunne" (1920) dan "The Prophet" (1923), karya-karya itu adalah suatu cara agar dirinya memahami dunia sebagai orang dewasa dan sebagai siswa sekolah di Lebanon -- ditulis dalam bahasa Arab, namun tidak dipublikasikan dan kemudian dikembangkan lagi untuk ditulis ulang dalam bahasa Inggris pada tahun 1918-1922.
Sebelum terbitnya "The Prophet", hubungan dekat antara Mary dan Gibran mulai tidak jelas. Mary dilamar Florance Minis, seorang pengusaha kaya dari Georgia yang menawarkan kehidupan mewah dan mendesaknya agar melepaskan tanggung jawab pendidikannya.
Walau hubungan Mary dan Gibran pada mulanya diwarnai dengan berbagai pertimbangan dan diskusi mengenai kemungkinan pernikahan mereka, namun pada dasarnya prinsip-prinsip Mary selama ini banyak yang berbeda dengan Gibran. Ketidaksabaran mereka dalam membina hubungan dekat dan penolakan mereka terhadap ikatan perkawinan dengan jelas telah merasuk ke dalam hubungan tersebut. Akhirnya Mary menerima Florance Minis.
Pada tahun 1920, seperti dikutip dari KahlilGibran.com, Gibran mendirikan sebuah asosiasi penulis Arab yang dinamakan Arrabithah Al Alamia (Ikatan Penulis). Tujuan ikatan ini merombak kesastraan Arab yang stagnan.
Seiring dengan naiknya reputasi Gibran, ia memiliki banyak pengagum. Salah satunya adalah Barbara Young, yang mengenalnya usai membaca "The Prophet".
Barbara Young adalah guru bahasa Inggris dan pemilik sebuah toko buku. Ia tinggal di New York selama 8 tahun, dan aktif dalam kegiatan di studio Gibran.
Gibran menyelesaikan "Sand and Foam" tahun 1926, dan "Jesus the Son of Man" pada 1928. Ia juga membacakan naskah drama tulisannya, "Lazarus" pada 6 Januari 1929.
Setelah itu Gibran menyelesaikan "The Earth Gods" pada 1931. Karyanya yang lain "The Wanderer", yang selama ini ada di tangan Mary, diterbitkan tanpa nama pada 1932 -- setelah kematiannya. Juga tulisannya yang lain "The Garden of the Propeth".
Kematian
Pada 10 April 1931 sekitar pukul 23.00, Gibran meninggal dunia. Tubuhnya memang telah lama digerogoti sirosis hati dan tuberkulosis, tapi selama ini ia menolak untuk dirawat di rumah sakit. Pada pagi hari terakhir itu, dia dibawa ke St. Vincent's Hospital di Greenwich Village.
Hari berikutnya, sang adik, Marianna mengirim telegram ke Mary di Savannah untuk mengabarkan kematian sang penyair. Meskipun harus merawat suaminya yang saat itu juga menderita sakit, Mary tetap menyempatkan diri untuk melayat Gibran.
Jenazah Gibran kemudian dikebumikan tanggal 21 Agustus di Mar Sarkis (saat ini Gibran Museum), sebuah biara tempat Gibran pernah beribadah.
Sepeninggal Gibran, Barbara Young lah yang mengetahui seluk-beluk studio, warisan dan tanah peninggalan Gibran.
Di belahan bumi lain oada tanggal yang sama tahun 1942, maskapai Pan American Airlines menorehkan sejarah dengan menjadi maskapai komersial pertama yang melayani rute mengelilingi bumi.
Sementara pada 6 Januari 2009, Israel melakukan serangan pertamanya di Jalur Gaza.
Advertisement