Liputan6.com, Yogyakarta - Pura Pakualaman diramaikan persiapan penobatan atau jumenengan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Paku Alam X pada Kamis 7 Januari 2016. Di Bangsal Seowotomo Pura Pakualaman, sejumlah penari dengan lembut dan gemulai berlatih tarian untuk prosesi jumenengan.
Anggun Herliani, salah seorang penari Bedaya Angron Akung yang akan tampil di depan Paku Alam X mengaku senang bercampur grogi. Namun begitu, ia sangat antusias mendapatkan kesempatan itu.
"Grogi rasanya, tapi juga senang karena mendapat kesempatan menari di jumenengan Paku Alam X," kata Anggun, Selasa 5 Januari 2016.
Baca Juga
Advertisement
Anggun mengatakan, dia akan tampil maksimal sehingga prosesi jumenengan Paku Alam X terasa sakral. Agar tidak terjadi kesalahan sekecil apa pun, ia giat berlatih terutama menjelang penobatan.
"Kami berlatih sudah hampir sebulan yang lalu," kata perempuan lulusan seni tari UNY 2015 ini.
Sementara itu, Nyimas Tumenggung Probonegoro, pelatih tari Anggun dan kawan kawan menjelaskan, 7 penari yang semuanya perempuan itu akan menari tarian Bedaya Angron Akung. Tarian yang diciptakan Paku Alam II ini bercerita tentang pencarian jati diri seseorang. Dalam tarian itu juga ada simbol kemakmuran dan kesuburan.
"Jumlah penari ada 7 perempuan, kalau dulu semuanya harus perawan, kalau sekarang tidak seperti itu," ujar dia.
7 Penari itu diiringi pengrawit atau kelompok gamelan selama latihan. Mereka sudah berlatih sejak ditetapkan tanggal Jumenengan Paku Alam X. Para pengrawit ini memainkan musik Gending Ladrang Mangungkung sebagai pengiring 7 penari itu.
Sunaryo, salah seorang pemain Gamelan mengaku sudah siap untuk prosesi jumenengan melalui gending gendingnya.
"Kami latihan juga sudah lama. Tapi memang tidak ada persiapan khusus karena sudah rutin latihan," kata Sunaryo semangat.