Alasan PLN Masih Kaji Harga Uap Panas Bumi Pertamina

PLN menyatakan pihaknya mendukung penggunaan energi baru terbarukan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 06 Jan 2016, 20:45 WIB
Pekerja tengah memasang Trafo IBT 500,000 Kilo Volt di Gardu induk PLN Balaraja, Banten, Kamis (16/12). Pemasangan terafo tersebut diperuntukan untum perkuatan sistem kelistrikan Jakarta-Banten. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT [PLN](PLN "") (Persero) menyatakan harga uap panas bumi yang ditawarkan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi/PLTP Kamojang Unit 1,2,3 terlalu mahal.

Manajer Senior Public Relations‎ Agung Murdifi‎ mengatakan, PT PLN (Persero) hingga saat ini masih mengkaji tarif yang ditawarkan oleh Pertamina terkait dengan harga uap yang dinilai terlalu tinggi .

"Kalau harga uap yang ditawarkan  wajar, kami mungkin akan beli. karena selama ini kami sudah kerja sama selama 32 tahun dengan Pertamina," kata Agung, di Jakarta, Rabu (6/1/2016).

Agung mengungkapkan, sebelumnya PLN dan Pertamina telah melakukan kerja sama pemanfaatan panas bumi di Kamojang 1,2,3 lebih dari 30 tahun.

Namun menginjak 2015, Pertamina selaku penyedia uap memberikan penawaran harga uap yang tinggi untuk jangka waktu lima tahun saja.

"Namun yang membuat kami bingung, kenapa tiba-tiba pertamina menawarkan harga mahal hanya untuk jangka waktu lima tahun  saja," tutur dia.

PLN memperkirakan harga uap di kamojang tidak akan melebihi estimasi harga uap yang telah ada yakni sebesar Rp 535  per kwh atau sebesar US$ 4.

Perkiraan itu setelah melakukan verifikasi internal dan melihat harga uap di lapangan panas bumi yang dimiliki oleh PLN yakni di PLTP Mataloko, PLTP Ulumbu Flores, serta di Tulehu Ambon, Maluku.

"Namun agaknya Pertamina selaku pengelola Kamojang tetap bertahan di harga jual yang terlalu tinggi. Hal ini yang kemudian menjadi pertimbangan PLN untuk menunda perpanjangan pembelian uap dari Kamojang 1,2 dan 3," tutur dia.

Agung menuturkan, PLN mendorong penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) terus ditunjukan  dengan pemanfaatan EBT baik yang dikelola oleh PLN maupun dari pengembang yang dibeli oleh PLN.

Bahkan PLN baru saja menyetujui pembelian listrik dari pembangkit baru  Kamojang 5 yang dikelola oleh Pertamina  sebesar  US$ 9,4 sen per kWh untuk jangka 25 tahun ke depan.

"Kesepakatan ini sebagai tindakan nyata dukungan PLN untuk penggunaan EBT sebagai tenaga listrik," ujar dia. (Pew/Ahm)

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6
 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya