Liputan6.com, Jakarta - Selama 9 bulan belakangan, jajaran Ditreskrimum Polda Metro Jaya dan Satreskrim Polres Depok bergelut mengungkap misteri tenggelam dan tewasnya mahasiswa Fakultas MIPA Jurusan Biologi Universitas Indonesia (UI) Akseyna Ahad Dori. Akseyna meninggal pada akhir Maret 2015.
Namun berbulan-bulan tidak ada perkembangan signifikan terkait kasus kematian pemuda yang karib disapa Ace itu, apakah dia bunuh diri atau dibunuh.
Baca Juga
Advertisement
Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya Kombes Pol Krishna Murti mengatakan, bungkamnya penyidik selama ini bukan berarti karena tak bekerja.
"Yang saya ingin katakan, di 2016 ini kami bukan menghentikan (penyelidikan). Bahkan makin mengencangkan kasus Akseyna," kata Krishna di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu 6 Januari 2016.
Krishna menganggap, pengusutan kasus ini adalah utang negara, khususnya Polda Metro Jaya sebagai institusi terkait yang berkewajiban membongkar teka-teki hilangnya nyawa anak dari petinggi TNI Angkatan Udara tersebut. Karena itu, penyelidikan tewasnya Ace terus dilakukan.
"Karena ini terus berlangsung, bagian dari utang negara, utang institusi Polda Metro Jaya untuk mengungkap kasus ini," ujar Krishna.
Krishna menjelaskan, sejauh ini pihaknya belum mengantongi identitas pembunuh Ace yang berkorelasi kuat dengan temuan-temuan selama penyelidikan. Ia tak ingin asal menuding orang tanpa alat bukti yang kuat karena hal tersebut dapat dinilai bentuk kriminalisasi.
"Kalau kami salah memberi keterangan karena menyangkut nama, seolah-olah terjadi kriminalisasi. Kami ingin ketika kami menyebut nama atau apapun itu sudah dilandaskan alat bukti yang cukup," pungkas Krishna.
Akseyna Ahad Dori ditemukan tewas di danau UI, Kamis 26 Maret 2015. Ditemukan 5 batu konblok di dalam tas yang diduga untuk menenggelamkan mahasiswa berumur 19 tahun jurusan Biologi, Fakulta MIPA UI itu.