3 'Dosa' Kosasih yang Dilengserkan Ahok dari Dirut Transjakarta

Dari sering ngeles sampai tak mampu kuasai pengelolaan transportasi umum di Jakarta.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 07 Jan 2016, 12:22 WIB
Direktur Utama PT Transjakarta, Antonius Kosasih melakukan jumpa pers, Jakarta (3/9/2014) (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama akhirnya mencopot Antonius Kosasihh dari posisi Dirut PT Transjakarta. Posisi itu kini diisi oleh Wakil Presiden Direktur PT Citra Maharlika Nusantara Corpora Tbk atau Cipaganti, Budi Kaliwono.

Pria yang karib disapa Ahok itu bukan tanpa alasan mencopot Kosasih. Sederet masalah transportasi di Jakarta hingga saat ini tidak kunjung bisa tertangani. Dua tahun sejak BLUD Transjakarta bertransformasi menjadi perseroan terbatas (PT), sarana transportasi publik itu tidak banyak mengalami perubahan signifikan.

1. Tidak Menguasai Transportasi Umum di Jakarta

Ahok memiliki impian besar terhadap Transjakarta. Dengan dibentuk BUMD, Transjakarta sebenarnya punya kemampuan untuk memonopoli seluruh rute angkutan umum di Jakarta.

Namun, Transjakarta nyatanya sampai saat ini belum juga menjadi primadona transportasi di Jakarta. Bus-bus bobrok masih juga berkeliaran di Jakarta.

"Kenapa dengan adanya busway (Transjakarta) malahan tidak membuat orang pindah ke busway. Tentu macam-macam, salah satu soal sterilisasi, busnya jelek, enggak tepat waktu, macam-macam," ucap Ahok di Balai Kota, Jakarta, Kamis (7/1/2016).


Ketidakmampuan Transjakarta menguasai angkutan umum lainnya membuat operator bus umum dengan kondisi armada seadanya tetap eksis. Padahal, Transjakarta bisa saja menggandeng para operator untuk bergabung dengan ketersediaan dana yang nyaris tak terbatas sehingga operator bisa meremajakan armadanya.

Ahok melanjutkan, "Kenapa bus-bus yang umum tidak mau memperbaiki diri? Karena memang kita tidak menguasai mereka. Harusnya kenapa kita ciptakan Transjakarta, maksudnya biar enggak beda sama operator swasta. Ini kayak konglomerat tapi baik hati. Kita enggak membuat Anda bersaing sampai bangkrut. Saya akan tawarin Anda ikut saya. Gitu loh."

2. Nyaris Tak Beli Bus Baru

Mantan Bupati Belitung Timur itu juga menilai, Transjakarta tidak kunjung membeli bus. Pembelian bus asal Tiongkok pun berujung bermasalah pada 2013. Kasusnya bahkan sudah diputus dengan salah satu tersangka mantan Kadishub DKI Jakarta Udar Pristono.

Pembelian kedua baru dilakukan 2015. Kehadiran bus Scania pun, kata Ahok, atas upaya dirinya yang bertemu para petinggi bus asal Swedia itu.

"Kamu lihat saja, bus ada nambah berapa. Yang nambah Scania segala macam emang Transjakarta yang usaha segala macam? Atau saya? Masa mesti saya," Ahok mencetuskan.

3. Sering Berdalih

Suami Veronica Tan itu juga sudah sering mendengar opini berujung dalih untuk menjawab berbagai permasalahan Transjakarta. Dalih itu sudah ada sejak Transjakarta masih berbentuk UPT. Saat itu, mereka bersikeras tidak mau bergabung dengan operator bus swasta untuk menambah armada sehingga harus membeli sendiri.

Pembelian bus itu pun bermasalah pada 2013. Akhirnya diputuskan untuk membentuk PT dan menjadikan Transjakarta sebagai salah satu BUMD DKI Jakarta. Bentuk baru itu juga tidak bisa menyelesaikan masalah. Ada saja alasan untuk menutupi alasan.

"Terus kalau ada bus numpuk-numpuk, bergandeng kosong 5 biji, masa mesti saya yang teriak gitu loh? Enggak ada sistem monitor, masa mesti saya yang minta ke Go-Jek suruh bikin kontrol Go-Busway, minta Qlue bikinin. Yang dirut itu siapa?" ujar Ahok.*

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya