Liputan6.com, Jakarta Kasus meninggalnya Allya Siska baru-baru ini yang diduga terjadi usai menjalani terapi chiropractic menimbulkan pertanyaan, apakah benar praktik pengobatan alternatif ini bisa merenggut nyawa.
Baca Juga
Advertisement
Pada dasarnya, terapi ini aman dilakukan selama ditangani ahlinya, yaitu chiropractor yang sudah terlatih dan memiliki sertifikat serta izin resmi. Namun, praktik ini memang memiliki risiko dan efek samping, apalagi jika dilakukan bukan oleh ahlinya.
Salah satu risiko terbesar adalah pecahnya pembuluh arteri saat terapi ini dilakukan di bagian leher, seperti yang terjadi pada Allya Siska.
Menurut pernyataan yang dilayangkan oleh Asosiasi Jantung Amerika, manipulasi chiropractic pada bagian leher diasosiasikan dengan meningkatnya risiko stroke.
Tarikan atau putaran yang keras dan salah pada bagian leher dapat menyebabkan robeknya dinding arteri di bagian leher. Suatu kondisi yang disebut sebagai cervical artery dissection.
Robeknya dinding arteri ini dapat menyebabkan stroke jika ternyata terjadi penyumbatan darah di bagian itu yang kemudian dapat memyebabkan tersumbatnya saluran darah menuju otak.
"Robekan itu terjadi karena gerakan mendadak yang membuat leher tertarik atau terputar dengan keras, seperti yang biasa Anda lihat pada kegiatan olahraga, atau bahkan karena batuk atau muntah," ujar penulis Dr. Jose Biller, kepala bagian neurologi di Loyola University Chicaho Stritch School of Medicine.
"Teknik untuk manipulasi servikal, walaupun mungkin berbeda-beda di antara para profesional medis, mencakup gerakan memutar pada leher dan terkadang dilakukan dengan tarikan kuat."
Karena risiko ini, semua profesional medis, termasuk chiropractor dan osteopath, sebaiknya mengecek terlebih dahulu apakah calon pasien memiliki risiko stroke, terutama pada pasien yang ingin menjalani terapi untuk mengobati sakit leher atau sakit kepala kronis.
Dikutip dari WebMD, Kamis (07/01/2015), pernyataan dari Asosiasi Jantung Amerika ini juga dimuat dalam edisi online jurnal Stroke. Terapi chiropractic tidak disarankan bagi Anda yang memiliki risiko di bawah ini:
- Osteoporosis parah
- Mati rasa, merinding, atau berkurangnya kekuatan pada tangan dan kaki
- Cancer pada tulang
- Berisiko memiliki stroke
- Gerakan eksesif (berlebihan) pada tulang *