Liputan6.com, Semarang - Dari puluhan taman kota di Semarang, Jawa Tengah ada 1 taman yang berfungsi sebagai hutan kota. Taman ini memiliki nama resmi Taman Menteri Soepeno karena berada di Jalan Menteri Soepeno.
Sebagai sebuah paru-paru kota, taman seluas 5.000 meter persegi ini sangat ideal, karena selain memiliki pepohonan yang besar, rindang dan berumur tua, saat ini juga dilengkapi berbagai fasilitas bermain. Termasuk bangku-bangku taman yang bisa digunakan untuk nongkrong.
Nama resmi Taman Menteri Soepeno, ternyata tak sepopuler nama ledekan yang disematkan. Menurut Kabid Pertamanan Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Semarang Budi Prakosa, taman itu dibangun sesuai dengan desain dari zaman Belanda. Tujuannya memang untuk paru-paru kota dan ruang publik masyarakat saling bertemu.
"Pada zaman Gubernur Jateng Pak Soeparjo Roestam (memimpin pada 1974-1982), ditambahlah patung ibu dengan 2 anak itu. Maksudnya sebagai ikon PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga). Saat itu harusnya disebut sebagai Taman PKK," kata Budi kepada Liputan6.com, Kamis (7/1/2016).
Budi menuturkan, seiring berjalannya waktu, sosialisasi program KB dengan logo seorang ayah bersama seorang ibu dengan 2 anak juga gencar dilakukan. Saat itu terjadi pergeseran daya tangkap di masyarakat, di mana masyarakat lebih mengenal sebagai Taman KB.
"Jadi patung itu ditambahkan atas ide Bu Soeparjo Roestam. Beliau kan sangat aktif sebagai penggerak PKK," kata Budi.
Baca Juga
Advertisement
Program KB sukses. Zaman berubah. Berita kawin cerai mendominasi media. Saat itu, masyarakat Semarang kembali membuat branding baru atas Taman Menteri Soepeno. Akhirnya taman ini dikenal sebagai Taman Janda.
"Lebih pas Taman Janda. Lha patungnya kan ibu dengan 2 anak? Bapaknya ke mana?" kata Raihan, pengunjung Taman Menteri Soepeno.
Pemerintah Kota Semarang tidak terusik dengan branding yang disematkan masyarakat. Menurut pengakuan Budi Prakosa, hingga kini Dinas Pertamanan dan Kebersihan tidak pernah memiliki program untuk sosialisasi nama resmi Taman Menteri Soepeno.
"Nggak ada sih. Belum pernah ada kegiatan sosialisasi nama resmi itu," kata Budi.
Kini Taman Menteri Soepeno menjadi salah satu destinasi favorit para remaja yang ingin pacaran. Selain arena bermain anak-anak, di taman ini cukup terbuka namun sejuk dan bersih, sehingga nyaman untuk berbincang.
Sebelum dibenahi, taman kota ini sempat memiliki rekam jejak buruk karena digunakan sebagai pangkalan Pekerja Seks Komersial (PSK) jalanan, dan prostitusi waria. Kondisi ini mengundang perhatian serius pemerintah Kota Semarang saat dijabat Wali Kota Sukawi Sutarip. Pembersihan dilakukan tidak dengan cara represif, namun hanya dengan menambah penerangan.
Kepada Liputan6.com mantan Walikota Semarang Sukawi Sutarip menjelaskan, upaya itu dipelajari dari kebiasaan para PSK dan pelaku prostitusi waria mangkal.
"Mereka biasanya ada di remang-remang. Kalau kemudian lokasinya jadi terang benderang, mereka dan konsumennya akan malu kalau ketahuan teman, tetangga, dan sebagainya," kata Sukawi kepada Liputan6.com.
Selain menambah penerangan, pemerintah Kota Semarang juga mulai memanfaatkan ruang publik ini untuk berbagai acara. Mulai konser musik, pentas seni tradisi, pameran tanaman hias, tanaman binatang peliharaan, dan juga pusat kuliner.
"Ketika mulai ramai, para PSK dan prostitusi waria merasa risih sendiri, akhirnya mereka menyingkir," kata Sukawi.
Pelan namun pasti, sekarang taman ini berkembang menjadi salah satu taman favorit remaja berpacaran, kaum jomblo mencari jodoh. Malam hari, saat ini Taman Menteri Soepeno semakin semarak dengan adanya sepeda hias berbagai bentuk yang disewakan.