Negara Lain Pacu Riset Sel Punca, Bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia lewat Kementerian Kesehatan telah menunjuk 11 rumah sakit yang dapat dijadikan sebagai tempat pelayanan sel punca.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 07 Jan 2016, 20:30 WIB
Kemajuan teknologi sel punca memungkinkan pembuatan sel darah merah di laboratorium. Temuan ini bisa menolong di kala bencana.

Liputan6.com, Jakarta Berpotensi sebagai solusi atas aneka penyakit, negara-negara seperti Iran, Malaysia, Korea Selatan, Jepang memacu para peneliti lakukan riset terapi stem cell atau sel punca. Bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia lewat Kementerian Kesehatan telah menunjuk 11 rumah sakit yang dapat dijadikan sebagai tempat pelayanan sel punca. Mulai dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta hingga Rumah Sakit Sanglah, Bali. Selain itu, ada pula lembaga riset lain seperti Stem Cell and Cancer Institute (SCI) dari PT Kalbe Farma Tbk yang sejak 2006 aktif terlibat dalam riset matrik tali pusat sebagai sumber baru sel punca. 

Minat swasta dalam mengembangkan penelitian ini sangat besar namun diperlukan biaya yang tak sedikit. Pendiri Kalbe, Boenjamin Setiawan mengungkapkan saat basic research mungkin tidak mahal, namun ketika sudah mencapai tahap uji praklinis pada hewan dan uji klinis pada manusia biayanya sangat besar.

"Penelitian itu sangat penting bagi kemajuan negara, sehingga perlu mendapat perhatian besar dari seluruh pihak, khususnya pemerintah. Dukungan pemerintah yang dibutuhkan misalnya menaikkan anggaran penelitian atau memberikan Double Tax Deduction bagi industri yang lakukan penelitian," tutur Boenjamin di kantor SCI, Jakarta Timur pada Rabu (6/1/2016).

Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi, Mohamad Nasir yang hadir dalam acara itu sudah membicarakan dengan Kementerian Keuanganan. Nasir mengatakan ia akan berusaha agar pajak penelitian diringankan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya