Liputan6.com, Jakarta - JYJ yang terdiri dari Kim Jaejoong, Park Yoochun, dan Kim Junsu dianggap sebagai idola yang berhasil mengubah 'wajah' dunia hiburan K-Pop dengan keberaniannya melakukan terobosan.
JYJ merupakan pecahan dari TVXQ--yang kini hanya tersisa dua personel, yaitu Changmin dan Yunho--asuhan SM Entertainment. Jeajoong, Yoochun dan Junsu memisahkan diri dari kelompok yang membesarkan nama mereka, TVXQ pada 2010 silam.
Advertisement
Perpecahan itu ternyata membuat pihak SM Entertainment merasa jika JYJ melanggar kontrak. Alasan JYJ keluar dari TVXQ adalah tidak adilnya pembagian honor. JYJ, dengan Jaejoong sebagai pemimpin TVXQ, dilaporkan tak pernah mendapatkan hasil jerih payah mereka. Padahal, keuntungan SM Entertainement dari TVXQ sangat besar hingga jutaan Won. Trio JYJ itu mulai berkolaborasi bersama, mulai dari bernyanyi bareng hingga menjadi model demi mendapatkan uang.
Selama 2010 hingga saat ini, konflik tersebut cukup alot. Sebagai manajemen artis terbesar di Korea Selatan, SMEntertainment tak ingin melepaskan idola binaan mereka. Sementara, JYJ sudah gerah dengan kondisi tersebut. Akhirnya, SM Entertainment menyebut jika JYJ adalah pecahan dari TVXQ dan masih berada di bawah naungan mereka.
Akibatnya, setiap kali JYJ manggung akan mengalami kesulitan. Hal itu karena mereka belum mendapatkan persetujuan dari SM Entertainment. Selain itu, JYJ juga sempat dilarang tampil di setiap acara musik di Negeri Ginseng itu. Bahkan, perjalanan mereka ke luar negeri demi manggung juga mendapat hambatan.
Kondisi itu tentu saja juga berpengaruh pada kelompok TVXQ yang tersisa Yunho dan Changmin. Dengan alasan itu, SM Entertainment akhirnya melepaskan JYJ pada 2012. Setelah konflik selama lebih dari 3 tahun, JYJ dan SM Entertainment mengambil kesepakatan. Mereka tak akan saling mengganggu dengan kegiatannya masing-masing.
SM Entertainment Diduga Melakukan Sabotasi Kegiatan JYJ
Perpecahan itu ternyata membuat perseteruan antara SM Entertainment dengan JYJ. Bahkan, JYJ sempat disabotase atau dipersulit saat harus tampil di publik.
Komisi Perdagangan Korea (FTC) angkat bicara. FTC meminta SM Entertainment untuk tak mengganggu kegiatan JYJ lagi. "Meski penjualan album JYJ tinggi, kegiatan JYJ di Korea sangat dibatasi. Akibatnya, JYJ melakukan promosi di luar negeri di mana SM Entertainmnet tak memiliki pengaruh," kata wakil FTC, dilansir dari KPopStarz, Juli 2013.
SM Entertainment dengan pengaruhnya berbicara dengan Persatuan Budaya Pop dan Industri Musik Korea untuk menyabotase JYJ untuk tampil di televisi. SM Entertainment bahkan meminta Warner Music Korea untuk menghentikan distribusi album perdana JYJ berjudul The Beginning.
Namun, JYJ tetap semangat untuk tampil di hadapan penggemar. Mendengar kabar ini, JYJ mengucapkan terima kasih. "Kami berterima kasih atas putusan FTC. Kami telah berseteru dengan SM Entertainment sejak 2009 silam. Kami merasa memiliki sedikit kekuataan saat ini," kata JYJ melalui situs resminya.
Sayangnya pada praktiknya JYJ tetap 'dikucilkan' saat melakukan kegiatan di negara asalnya. Sonbadak TV menayangkannya beberapa bukti mengenai keterlibatan SM Entertainment dalam menyabotase kegiatan JYJ di Korea Selatan. Salah satunya, komisi pengadilan setempat mendapat bukti tentang adanya gangguan dari SM Entertainment yang tidak mengizinkan JYJ ikut dalam program acara.
Penggemar JYJ yang kesal hanya bisa mengelus dada melihat idolanya mendapatkan perlakuan tak adil. Bahkan, seorang fan JYJ bernama Jung Hae Im dengan berani membawa masalah ini ke Komisi Pengadilan Korea Selatan.
Penuturan penggemar setia JYJ, Jung Hae Im menyebutkan, dia ingin membeli soundtrack lagu yang dinyanyikan trio itu di sebuah situs pada saat itu. Sayangnya, Jung Hae Im tak bisa melakukannya karena semua lagu JYJ dicekal di Korea. Jung Hae Im berjuang selama 4 tahun mengurangi ketidakadilan kontrak idolanya.
JYJ Laws Pun Disahkan
Rancangan Undang-undang JYJ diusulkan untuk mencegah tindakan penyiaran Korea dari pihak ketiga yang menyabotasi atau menuliskan dalam daftar hitam individu atau kelompok tertentu yang ingin muncul di televisi. Semua itu terjadi dengan adanya kasus JYJ yang mencuat hingga nama undang-undang pun diambil dari nama trio yang dulu pernah menjadi 'mesin pencetak uang' SM Entertainment.
Secara khusus, amendemen melarang perusahaan penyiaran yang mencegah individu atau kelompok pada acara karena permintaan pihak ketiga yang tidak berhubungan dalam produksi acara. Atau karena permintaan yang berasal dari pihak ketiga bahkan setelah individu tertentu atau kelompok telah dibebaskan secara hukum untuk tampil di acara, diwartakan Soompi pada November 2015.
Jika sebuah perusahaan penyiaran melanggar kebijakan ini, maka Komisi Komunikasi Korea dapat mengeluarkan perintah korektif untuk memberikan denda hingga 2 persen dari keuntungan perusahaan.
Choi Min Hee, ketua pengajuan amandemen undang-undang JYJ Laws, mengatakan, "Dengan undang-undang ini, hak-hak seniman seperti JYJ yang tampil di televisi tidak diganggu, serta hak-hak fans yang ingin melihat mereka di televisi dijamin secara hukum."
JYJ Laws disambut baik oleh publik. Agensi yang mengasuh Jeajoong, Yoochun dan Junsu pun senang akhirnya JYJ lepas dari rantai besi yang membelenggu sejak mereka lepas dari SM Entertainment.
JYJ lembaga C-Jes mengatakan, "Kami telah berjuang dengan kondisi yang tidak adil ini selama 7 tahun. Kami bersyukur bahwa kita tidak sendirian dalam menentang itu. Kami berharap bahwa dengan perubahan ini, aksi yang tidak adil tidak akan lagi terjadi di industri hiburan." (Des/Adt)*