Teknologi Pencitraan Ini Pantau Aliran Darah dari Jarak Jauh

Alat ini dapat juga memindai aliran darah sejumlah pasien secara terpisah namun sekaligus dan dilakukan dari jarak jauh.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 12 Jan 2016, 11:30 WIB
Teknologi untuk memindai aliran darah sejumlah pasien secara terpisah namun sekaligus dan dilakukan dari jarak jauh. (Sumber cuplikan video University of Waterloo)

Liputan6.com, Waterloo - Pemantauan aliran darah selama ini dilakukan dengan berbagai cara, misalnya penempatan dua jari, stetoskop, ataupun kantung lengan yang ditempatkan untuk pembacaan pada satu titik aliran darah.

Suatu teknologi pencitraan (imaging) baru memungkinkan pelacakan aliran darah di sekujur tubuh dan dilakukan tanpa kontak dengan kulit. Dengan demikian, cara ini bisa dipakai juga pada orang yang menderita luka bakar yang parah atau kaum lansia.

Dikutip pada Selasa (12/01/2016), sistem portabel buatan University of Waterloo ini diakui sebagai yang pertama yang mampu memantau beberapa titik arteri sekaligus. Sistem yang dimaksud menggunakan cara non-invasif berdasarkan cahaya untuk melacak kegiatan kardiovaskular, dikenal dengan cara Photoplethysmography (PPG).

Teknik ini sebetulnya sudah ada sejak tahun 1930-an dan dipakai mengamati perubahan intensitas (tingkat kecerahan) cahaya yang disebabkan oleh perubahan volume darah setempat. Tapi, karena harus didekatkan dengan kulit, penggunaannya selama ini terbatas kepada pemantauan singkat di ranjang pengobatan.

Tim ilmuwan mencoba menyesuaikan PPG untuk pemantauan jarak jauh melalui perancangan sistem yang seluruhnya baru. Tujuannya untuk membaca bentuk gelombang hemodinamika tanpa bersentuhan dengan kulit.

Sistem ini mengandalkan teknologi Coded Hemodynamic Imaging (CHI) yang sedang dalam proses pengajuan hak paten. Pada dasarnya, teknologi ini berisi susunan sensor virtual yang mengukur aliran darah melalui bagian-bagian berbeda pada tubuh.

“Bisa dimisalkan begini, bayangkanlah pengukuran aliran lalu lintas di sebuah kota dan bukan sekedar lalu lintas di suatu persimpangan jalan,” kata Robert Amelard, PhD, seorang calon doktor bidang rekayasa rancangan sistem di universitas tersebut.

Hasil pembacaan dari sejumlah titik denyut yang berbeda kemudian dikirimkan ke sebuah komputer sehingga sirkulasi darah pasien dapat dipantau secara berkesinambungan.

Karena pencitraan dilakukan di seluruh tubuh dan bahkan pada beberapa orang pasien secara bersamaan, para peneliti mengatakan bahwa sistem ini memungkinkan teknik pemantauan yang maju yang belum mungkin dilakukan sebelumnya.

Teknolgi pencitraan baru memungkinkan pemantauan aliran darah sekaligus pada beberapa pasien dari jarak jauh. (Sumber University of Waterloo)

“Karena alat ini dapat juga memindai sejumlah pasien secara terpisah namun sekaligus dan dilakukan dari jarak jauh, bayangkanlah potensi penggunaanya untuk skenario darurat massal atau di panti-panti perawatan jangka panjang,” kata profesor Alexander Wong.

“Teknologi ini memungkinkan pendekatan prediktif pemantauan tanda-tanda vital dan potensinya untuk penggunaan secara ekstensif, semisal penandaan hambatan pada arteri yang mungkin saja tidak terdeteksi, atau memberi peringatan kepada kaum lansia yang berisiko terjatuh karena pusing ketika berdiri.”

Menurut tim ini, hasil pengujian menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa pemantauan debar jantung jarak jauh yang tidak bersentuhan dimungkinkan dengan pencitraan PPG. Hasil penelitian sudah dilaporkan dalam jurnal Scientific Reports.

Cuplikan video dari University of Waterloo yang disertakan di sini menayangkan pemantauan aliran darah di bagian atas tubuh pasien dengan perlambatan hingga 1/6 kali kecepatan normal:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya