Liputan6.com, Jakarta - Pemimpin Libya Moammar Khadafi berpidato berapi-api di pertemuan Liga Arab pada 2011 yang diselenggarakan di Suriah. Saat itu ia mengkritik banyak pemimpin Arab karena tidak peduli dengan kematian Saddam Hussein.
Tidak hanya itu, sejumlah prediksi ia lontarkan. Pidatonya dan 'ramalan' itu ia serukan pada Maret 2011, 6 bulan sebelum kematiannya.
"Saddam Hussein telah digantung, ini kenapa para pemimpin Arab tidak ada yang bergerak melawan. Suatu saat nanti giliran kita yang akan dibunuh," kata Khadafi dalam pidatonya, seperti dilansir Sputniknews.
Baca Juga
Advertisement
Itu adalah salah satu prediksi tentang bagaimana nasib pemimpin-pemimpin Liga Arab di masa akan datang.
Setidaknya, satu terbukti: kematiannya.
Di bawah ini adalah 'ramalan-ramalan' pemimpin Libya yang berkuasa selama lebih dari 40 tahun, yang dikumpulkan Liputan6.com dari berbagai sumber.
Laut Mediterania akan Dipenuhi Pengungsi
Pada pidato 2011 itu dan kepada wartawan TV Prancis, ia mengatakan tak terhitung jumlah imigran dari Afrika dan Timur Tengah akan membanjiri Eropa lewat [Laut Mediterania.](2393944/ "") Perairan itu kelak akan chaos.
"Akan banyak orang kulit hitam, muka Arab di Laut Mediterania. Mereka akan menyeberang ke Prancis dan ke Italia dan ke seluruh negara-negara Eropa lainnya," kata Khadafi, seperti dilansir dari globalresearch.
Ia juga meramalkan jika negaranya diusik, perang akan pecah.
"Libya akan menjadi Somalia di Afrika Utara dan Laut Mediterania. Kalian akan melihat perompak di Sisilia, di Kreta dan Lampedusa. Kalian akan melihat jutaan imigran gelap. Teror akan berada di samping rumah kalian," katanya lagi.
Para pemimpin Liga Arab hanya tertawa melihat pidatonya saat itu. Tak terkecuali Presiden Suriah Bashar Al-Assad.
Advertisement
ISIS akan Muncul
Arab Spring mengguncang Timur Tengah, menumbangkan para penguasa di sejumlah negara.
"Akan ada kelompok militan. Mereka doyan seks dan obat-obatan yang akan mengubah Libya menjadi Afganistan yang lain, menjadi Somalia lain, menjadi Irak lain," kata Khadafi pada Februari 2011, seperti dilansir dari counterpunch.
"Wanita-wanita kalian, di bawah kelompok itu, tidak akan boleh keluar rumah. Dan Amerika Serikat, mereka akan mengebom banyak negara demi--apa yang mereka sebut--melawan teroris." Khadafi meramalkan.
Dan benar. Beberapa hari setelah kematiannya, sebuah kelompok muncul ke permukaan dan menamakan dirinya ISIS menculik, menyandera 21 warga Mesir.
Terkuak, Perbincangan PM Tony Blair tentang Cikal Bakal ISIS
Ramalan akan ISIS rupanya telah dibicarakan Khadafi pada Perdana Menteri Tony Blair pada 25 Februari 2011. Blair adalah orang pertama yang menghubunginya untuk menghentikan serangan militer kepada pengunjuk rasa. Namun, Khadafi menuduh Al Qaedalah yang memulai kekerasan.
"Ini bukan perang melawan pengunjuk rasa. Ini melawan Al Qaeda, mereka menyerang kami," begitu transkrip pembicaraan kedua pemimpin negara yang dimuat dalam The Independent.
Khadafi juga meminta Inggris sebagai sekutunya untuk menghentikan niat mengokupasi Libya bersama sekutu lainnya.
"Orang-orang ini dari Guantanamo. Kami tahu itu semua, mereka mendukung Al Qaeda. Anda mendukung Al Qaeda? Mereka ini bakal membuat kelompok baru yang jauh lebih maniak. Anda mendukung teroris?" tanya Khadafi kepada Blair.
Dalam transkrip itu, Blair mengatakan tidak.
Blair juga menekan Khadafi untuk segara undur diri dan mencari tempat perlindungan selama Arab Spring.
Enam bulan kemudian, Khadafi tewas.
Kematian Diana
Berbagai teori konspirasi mengatakan bahwa kematian Putri Diana bukanlah kecelakaan. Bahkan Diana sendiri pernah meramalkan kematiannya.
Oktober 1996, Putri Diana sempat menuliskan surat kepada seorang temannya, yang disebutkan CNN pada 20 Oktober 2003 bernama Paul Burrell. Dalam petikan tulisannya, ia mengaku dalam bahaya.
"Charles merencanakan kecelakaan mobilku, kegagalan rem, dan cedera kepala serius. Untuk memberikannya jalan agar Charles bisa menikah lagi," demikian petikan surat Diana yang tersebar di banyak media kala itu.
Sepuluh bulan setelah surat itu, Diana pun terlibat kecelakaan tragis yang merenggut nyawanya. Ramalan tentang kematiannya pun disebut-sebut menjadi kenyataan. Putri Diana dan kekasihnya, Dodi Al Fayed, tewas.
Pada September 1997, Khadafi kepada Reuters mengomentari percintaan Putri Diana dan Dodi Al Fayeed akan membawa petaka baginya. Diana akan dibunuh oleh agen mata-mata dari Prancis dan Inggris.**
Advertisement