Liputan6.com, Lampung - Cuitan rusa Way Kambas, adalah reaksi paling refleks saat merasa dirinya dalam bahaya. Cuitan itu nantinya ditangkap teman-teman sepermainanya. Sembunyi dari ancaman adalah cara paling aman.
Rusa-rusa boleh jadi bisa berkilah dari ancaman predator atau pemburu. Namun, rusa-rusa itu akan sulit menghindar dari ancaman yang lebih dahsyat yakni ancaman kemarau panjang dan kekeringan, yang melanda seluruh negeri Way Kambas.
Danau-danau tandon air mengering hingga tanah didasarnya pun retak-retak, tak kuat menahan teriknya matahari.
Baca Juga
Advertisement
Situasi ini sungguh mengerikan bagi satwa yang tinggal di Way Kambas. Adanya bangkai rusa yang mengering, menjadi bukti kemarau dan kekeringan lah yang telah membunuh satwa.
Di tengah ancaman kekeringan yang melanda kawasan Way Kambas, dengan kecerdikanya, kijang-kijang terus berusaha keras bertahan hidup. Areal yang masih menyimpan sedikit rumput-rumput hijau, menjadi pilihan untuk tinggal sementara.
Kijang-kijang juga terus melatih reflek dirinya. Sebab selain kemarau panjang, perburuan juga jadi ancaman yang mematikan.
Malam hari adalah waktu yang cukup menyulitkan bagi kijang untuk menghadapi atau menghindar ancaman pemburu. Lampu-lampu senter membuat kijang tak berdaya.
Taman Nasional ini sejatinya memang dikepung permukiman penduduk. Karena itu, pos-pos penjagaan juga didirikan.
Salah satunya adalah Elephant Responce Unit atau tim penanggulan konflik gajah liar dengan masyarakat, yang turun tangan di kawasan ini.
Tim tak hanya bertugas menggiring gajah liar ke dalam hutan agar tak merusak kebun warga, namun juga menjaga gajah-gajah liar dari ancaman pemburu yang tak selesai-selesai melakukan aksinya.
Saat ini, beberapa satwa yang tergolong endemik dan langka masih bisa menikmati surganya Way Kambas. Seperti harimau Sumatera, kijang, beruang madu, tapir, dan kuwau atau merak Sumatera.
Saksikan selengkapnya upaya para satwa bertahan hidup di Taman Nasional Way Kambas yang ditayangkan Potret Menembus Batas SCTV, Minggu (10/12/2015), di bawah ini.