Liputan6.com, Jakarta - Pada abad pertengahan, mandi adalah tabu. Pertama, untuk alasan kesopanan. Umat kristiani kala itu dilarang mandi dalam kondisi telanjang.
Mereka diharamkan pula untuk datang ke pemandian umum yang dianggap menjurus pada tindakan imoral, seks bebas, dan penyebaran penyakit.
Sebab lain, air dianggap sebagai pembawa penyakit -- ketika zat tersebut masuk melalui pori-pori kulit yang terbuka. Salah satu kitab medis dari abad ke-16 menyebut, "mandi bisa menghangatkan tubuh, namun melemahkan dan melebarkan pori-pori. Itulah mengapa aktivitas itu bisa jadi berbahaya dan mengakibatkan berbagai penyakit, bahkan kematian."
Bukan hanya kuman dari air, dikhawatirkan melebarnya pori-pori setelah mandi mengakibatkan infeksi lebih mudah masuk tubuh.
Seperti dikutip dari situs Today I Found Out, penduduk dari kelas bawah menghindari mandi sama sekali. Pada masa itu, orang-orang membatasi ritual bersih-bersih tubuh dengan mencuci tangan, sebagian wajah, dan berkumur.
Membasuh seluruh wajah dianggap berbahaya, sebab konon dapat menyebabkan katarak dan membuat rabun.
Sementara, masyarakat kelas atas tidak sepenuhnya berhenti mandi, tapi jarang. Mereka berendam membersihkan seluruh tubuh hanya beberapa kali dalam satu tahun.
Tujuannya, untuk menyeimbangkan antara upaya menghindari risiko penyakit, dan menghilangkan bau tubuh tak sedap
Baca Juga
Advertisement
Bahkan, ada tokoh-tokoh sejarah yang hidup pada abad pertengahan yang ternyata jarang mandi.
Dikutip dari buku "The Dirt on Clean: An Unsanitized History" oleh Katherine Ashenburg, Mary Antoinette, ratu Prancis terakhir yang identik dengan kecantikan dan penampilan anggun serta mewah, ternyata jarang mandi.
Istri Raja Louis XVI itu bahkan dilaporkan jarang mengganti bajunya. Untuk mengatasi bau badan, sang ratu biasanya menyemprotkan parfum banyak-banyak ke tubuhnya.
Salah satunya, parfum beraroma aneka bunga yang diproduksi rumah kecantikan Lubin. Marie Antoinette bahkan disebut-sebut menyelundupkan wewangian itu ke penjara tempatnya ditahan sebelum dieksekusi mati.
Seorang duta besar Rusia bahkan menyebut Louis XIV, Raja Prancis yang berkuasa dari 1643 hingga kematiannya, 'berbau seperti hewan liar'.
Itu akibat saran seorang ahli medis untuk tidak sering-sering mandi untuk menjaga kesehatannya.
Sang raja sendiri menganggap mandi sebagai kegiatan yang mengerikan, dan akibatnya hanya mandi dua kali seumur hidupnya.
Pun dengan Ratu Spanyol Isabel I. Ia mengaku mandi hanya 2 kali seumur hidupnya, saat ia lahir, dan saat ia sudah menikah.
Kebiasaan Jorok Bangsawan Eropa
Rambut kaum bangsawan Eropa yang elegan, mekar dan tertata, memiliki fakta yang membuat meringis. Di balik tatanan rambut itu, umum terdapat segerombolan kutu.
Sisir dan tusukan yang ditempelkan di rambut, sesungguhnya memiliki fungsi menggaruk kulit kepala dan menusuk kutu.
Mencuci rambut merupakan kegiatan yang lebih jarang lagi dilakukan dibanding mandi. Keramas bahkan bukan kegiatan yang umum dilakukan sampai abad ke-19. Kerapian rambut dijaga dengan penggunaan bedak rambut berlebih dan parfum.
Ditambah lagi, di Eropa pada abad pertengahan, sebelum toilet siram, orang-orang memiliki kebiasaan membuang kotoran dan urine ke jalan-jalan.
Seorang bangsawan Eropa menuliskan, "Jalanan sudah seperti arus air berbau busuk."
Ia mencatat juga bahwa ketika melalui jalan, ia harus menutup hidungnya dengan sapu tangan yang dibubuhi miyak aroma. Jika tidak, ia bisa muntah.
Tak hanya itu. Para tukang daging umum menyembelih hewan di jalan dan meninggalkan darah dan organ yang tak terpakai di tanah. Silakan Anda bayangkan sendiri seperti apa jadinya jalanan di hari yang terik.
Orang-orang Rusia di masa itu mandi teratur, setidaknya sekali dalam satu bulan. Akibatnya, mereka dianggap orang-orang mesum oleh bagian Eropa lainnya.
Untuk menghindari bau, yang diakibatkan dari menghindari kegiatan mandi yang dianggap 'dosa', banyak kaum bangsawan abad pertengahan menggosok kain yang diberi wewangian ke tubuh mereka, dan menggunakan parfum secara berlebih.
Kaum pria mengenakan tas kecil dengan tumbuhan herbal wangi di antara rompi dalaman dan kemeja mereka, sementara wanita menggunakan bedak wangi.
Menariknya, kebiasaan 'jorok' ini berlangsung sampai sekitar abad ke-19.*
Advertisement