Kisah Orang Terkaya Paling Dermawan Sepanjang Sejarah

Banyak orang kaya dermawan yang menyumbangkan hartanya.

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 12 Jan 2016, 19:47 WIB
Andrew Carnegie | via: myfirstclasslife.com

Liputan6.com, Jakarta - Banyak orang kaya yang kini menjadi filantropis, atau dermawan yang menyumbangkan hartanya. Harta mereka disumbangkan untuk kegiatan-kegiatan sosial, pendidikan hingga kesehatan. Bill Gates, orang terkaya dunia contohnya, yang punya yayasan Bill and Melinda Gates Foundation.

Warren Buffet, Mark Zuckerberg, dan miliarder yang juga orang terkaya dunia saat ini sering menyumbangkan sebagian hartanya untuk amal.

Ternyata, tradisi tersebut tak hanya terjadi di zaman sekarang saja. Dilansir dari the Week, Selasa (12/1/2016), Orang terkaya dunia sepanjang masa Andrew Carnegie adalah miliarder pertama yang menjadi filantropis, bahkan sebelum Bill Gates lahir apalagi Mark Zuckerberg.

Zaman dahulu, tumbuhnya industri telah menciptakan pemisah kekayaan antara pekerja di bawah dan dengan pimpinan yang kala itu disebut robber baron alias perampok. Robber baron kala itu diartikan sebagai kapitalis dan orang kaya yang tidak bermoral.

Dalam rangka mengatasi ketidakseimbangan ini, dan mungkin juga untuk meningkatkan reputasi mereka saat mendekati masa tuanya, beberapa pebisnis terkaya memilih untuk menyumbangkan hampir seluruh hartanya.

Perintis alias pionir dari langkah ini adalah Andrew Carnegie. Orang kaya asal Skotlandia pemilik perusahaan baja US Steel, yang juga merupakan orang terkaya sepanjang masa. Crnegie yakin bahwa pengusaha sukses, secara moral wajib menyumbangkan hartanya membantu yang lain.

Saat dia meninggal di 1919, Carnegie memberikan lebih dari 90 persen hartanya atau sekitar lebih dari US$ 350 juta setara dengan US$ 4,8 miliar saat ini, dihitung dengan inflasi. Harta sebanyak itu ia sumbangkan untuk beberapa hal.

Dia membangun lebih dari 2.800 perpustakaan publik yang kini dikenal Carnegie-Mellon University di Pittsburgh, salah satu universitas riset terbaik di dunia.

Carnegie juga menghabiskan jutaan dolar AS untuk membuat banyak proyek di New York seperti New York Carnegie Hall dan tempat konser.

Pria yang hidup di masa 1853 hingga 1919 disebut-sebut sebagai orang terkaya Amerika sepanjang sejarah. Imigran dari Skotlandia ini menjual perusahaannya itu ke JP Morgan senilai US$ 480 juta pada 1901.

Carnegie bisa jadi pionir dari filantropis modern, tapi sifat dermawan dia tak berarti dihargai di dunia. Kondisi dari perusahaan baja di Pittsburgh miliknya menyedihkan di standar abad ke 19.

Carnegie dikenal 'kejam' pada karyawan. Pekerja bekerja selama 12 jam sehari, 6 hari seminggu dengan hanya 1 hari libur nasional per tahun yakni 4 Juli. Pekerjaannya melelahkan sehingga banyak buruh yang memutuskan untuk pensiun di umur 40.

Jadi saat Carnegie memilih untuk memberikan hartanya untuk sumbangan daripada meningkatkan gaji karyawan yang miskin, pemimpin buruh dan pendeta marah. Metodis, Bishop Hugh Price Hughes mennyebut perusahaan tersebut adalah fenomena anti kristen, tak punya sisi sosial, dan lainnya.

Tapi Carnegie menolak kritikan itu.  Dia berargumen bahwa dengan menetapkan keuntungan tinggi, dia punya uang lebih untuk melayani masyarakat sekitar di bidang perpustakaan dan pendidikan.

Tapi hal itu diabaikan dan tak dianggap pemerintah. Pekerja tak terima dengan logika berpikir Carnegie "Apa yang bagus dari buku yang dihasilkan dari orang yang bekerja 12 jam per hari dan 6 pekan per minggu," tanya mereka.

 


John D Rockefeller

John D Rockefeller

John D. Rockefeller | via: myfirstclasslife.com


Jejak Carnegie diikuti oleh orang terkaya dunia John D Rockefeller. Pendiri perusahaan minyak dan oli, Standard Oil ini punya aset US$ 1,4 miliar atau setara US$ 30 miliar saat ini.

Sumbangan Rockefeller berkontribusi membangun the University of Chicago, menyumbang program kesehatan yang menyediakan vaksin untuk meningitis, demam kuning, dan penyakit lainnya. Sumbangannya juga berkontribusi pada pembangunan pusat kesehatan publik di John Hopkins dan Harvard.

Pebisnis kaya lain yang juga filantropis pada masa lalu adalah pendiri perusahaan otomotif Ford, Henry Ford yang mendirikan yayasan sumbangan terbesar di Amerika. Juga industrialis Jean Paul Getty yang membuat institusi seni terkaya di dunia.

Penulis American Foundations Mark Dowie mengatakan, meski tujuan dari sumbangan yang mereka keluarkan berbeda, mereka memberikan satu motivasi yang sama: "Rasa bersalah, narsisme, paternalisme, keinginan untuk keabadian dan cinta kemanusiaan."


Dermawan Modern

Dermawan Modern

Zaman sekarang, tradisi beramal itu tetap ada. Banyak orang menyebut, orang kaya dermawan saat ini adalah filantropis modern.

Orang terkaya dunia yang masih hidup, Bill Gates yang punya kekayaan mencapai US$ 79 miliar mendirikan yayasan amal bersama istrinya Melinda Gates pada tahun 2000.

Yayasan itu bernama Bill and Melinda Gates Foundation. Bill telah memdonasikan US$ 28 miliar ke yayasannya. Dia juga mengajak orang terkaya kedua dunia, Warren Buffet untuk ikut menyumbang.

Buffet secara bertahap mendonasikan 85 perseb dari total kekayaan pribadinya senilai US$ 66 miliar ke organisasi itu. Kini yayasan itu punya dana US$ 45 miliar, lebih dari sumbangan Carnegie, Rockefeller, dan Ford digabungkan.

Yayasan Gates ini mendistribusikan sumbangan ke sejumlah program yang luas, tapi fokusnya adalah meningkatkan layanan kesehatan di negara miskin. Program vaksin senilai miliaran dolar telah membantu memberantas polio dan mengurangi potensi kematian 90 persen akibat campak, 45 psersen akibat TBC, dan 30 persen karena malaria.

Semakin banyak yang mengikuti langkah Bill Gates. Di 2010, Gates berhasil meyakinkan 38 miliarder lainnya untuk bergabung di program Giving Pledge. Ikrar untuk memberikan setidaknya separuh hartanya untuk sesuatu yang baik. Daftarnya kini ada 141 miliarder dari 16 negara termasuk dari Indonesia. Dari Indonesia salah satunya adalah Dato Sri Tahir, Bos Mayapada Group.

Keinginan untuk menyumbangkan sebagian besar harta kekayaan tak hanya terjadi pada orang kaya yang sudah berumur, yang punya pikiran bahwa dia tak punya lagi waktu untuk mengumpulkan harta.

Orang berumur yanng berpikiran hidup tak lama lagi sehingga harta kian tak penting. Keinginan itu juga terjadi di miliardet-miliarder muda.

Mark Zukcerberg, pendiri Facebook umurnya baru kepala 3. Tapi dia sudah jadi filantropis. Terlepas dari isu miring bahwa sumbangan yang dilakukan Zuckerberg adalah untuk menghindari pajak, pria yang baru dikaruniai anak ini mau menyumbangkan 99 persen saham Facebook senilai US$ 45 miliar untuk sumbangan

. Dia adalah salah satu dari banyak anak muda kaya yang dermawan. Nama lainnya seperti Sean Parker (Napster), Pierre Omidyar (eBay), dan Dustin Moskovitz (Facebook). (Zul/Ndw)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya