Liputan6.com, New York - Harga emas kembali jatuh pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) karena pulihnya bursa saham di Amerika dan Eropa dan juga penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS). Daya tarik logam mulia yang menjadi tempat berlindung dari risiko investasi menjadi berkurang karena penguatan dolar AS terhadap beberapa mata uang utama lainnya.
Mengutip Reuters, Rabu (13/1/2016), harga emas di pasar spot turun 0,3 persen menjadi US$ 1.090,30 per ounce. Sementara harga emas berjangka untuk pengiriman Februari turun 1 persen ke level US$ 1.085,20 per ounce.
Harga logam mulia ini melemah setelah bursa saham AS dan Eropa mampu kembali menguat setelah sebelumnya sempat mengalami tekanan.
Dow Jones Industrial Averange (DJIA) menguat 117,65 poin atau 0,72 persen ke level 16.516,22. S&P 500 naik 15,54 poin atau 0,81 persen ke level 1.939,21 dan Nasdaq menguat 47,93 poin atau 1,03 persen ke level 4.685,92.
Baca Juga
Advertisement
Sedangkan nilai tukar dolar AS juga naik dalam tiga sesi perdagangan secara berturut-turut. Biasanya memang gerak emas selalu bertolak belakang dengan nilai tukar dolar AS. Jika dolar AS menguat maka harga emas anjlok dan berlaku juga sebaliknya.
"Harga emas kemungkinan besar akan turun hingga ke level US$ 1.055 per ounce hingga US$ 1.060 per ounce, seperti yang kami harapkan," jelas Analis INTL FCStone, Edward Meir.
Menurutya, saat ini memang sedang waktunya bursa saham mengalami penguatan yang dipicu ekspketasi yang positif akan kinerja keuangan sepanjang tahun kemarin.
Namun, jika apa yang terjadi tak sesuai dengan yang diharapkan atau laba yang dibukukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut tak sesuai dengan perkiraan maka harga emas akan kembali melambung karena pelaku pasar melakukan perpindahan investasi ke aset safe haven.
Pada perdagangan pekan lalu, harga minyak memang menguat cukup tajam. Penguatan tersebut terjadi karena ketakutan pelaku pasar terhadap yang bisa terjadi dengan China.
Pertumbuhan ekonomi China terus mengalami penurunan yang akan berakibat kepada penurunan ekonomi dunia juga. Hal tersebut membuat pelaku pasar memburu aset-aset yang aman dan salah satunya adalah emas.
"Kejatuhan pasar saham China membuat kegelisahan investor dan kemudian mengangkah harga emas ke level yang lebih tinggi," tutur analis Natixis, Bernard Dahdah.
Dalam Citi Research ke depannya ekonomi China masih akan mendominasi sentimen terhadap harga loga mulia terutama emas. (Gdn/Nrm)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6