Program KUR Berlanjut Jadi Asa BRI

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk masih menjadi pilihan pada 2016.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Jan 2016, 13:44 WIB
Pengunjung mendatangi stand BRI di acara Indonesia Banking Expo (IBEX) 2015 di JCC, Jakarta, Kamis (10/9/2015). Sejumlah bank menawarkan beragam fasilitas untuk menarik pengunjung menabung di tempatnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) masih menjadi penopang penyaluran kredit PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) pada 2016.

Hal ini menjadi salah satu potensi bagi perseroan yang menjadi pemain besar di sektor mikro dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk mendapatkan jatah penyaluran KUR sekitar Rp 67,5 triliun dari total program KUR Rp 100 triliun. Dari jatah penyaluran KUR itu, sekitar Rp 61 triliun untuk KUR Mikro. Hal itu sesuai target manajemen mengingat besarnya infrastruktur yang dimiliki Indonesia.

Kepala Riset PT Samuel Sekuritas Andy Ferdinand dalam risetnya yang dikeluarkan 11 Januari 2016 menyebutkan kalau skema KUR PT Bank Rakyat Indonesia Tbk tidak ada perubahan signifikan.

Komponen KUR terbesar antara lain KUR mikro. Pemerintah menaikkan subsidi sebesar 3 persen menjadi 10 persen. Ini mengimbangi penurunan bunga yang dibayarkan nasabah sebesar tiga persen menjadi sembilan persen.

"Penyaluran kredit diperkirakan tumbuh 14 persen-15 persen pada 2016. Sementara itu kualitas aset tetap terjaga seiring kualitas kredit sektor mikro yang umumnya relatif kuat meski di tengah situasi sulit," kata Andy.

Hal senada dikatakan Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada menuturkan penyaluran KUR yang membesar untuk PT Bank Rakyat Indonesia Tbk dapat meningkatkan kinerja positif.

Akan tetapi sisi lain juga menjadi tantangan karena bisnis belum membaik sehingga penyaluran kredit juga dapat melambat.


Rekomendasi Saham

Revaluasi Aset Dongkrak CAR

Andy juga menilai, rencana PT Bank Rakyat Indonesia Tbk melakukan revaluasi aset juga berpotensi menaikkan capital adequacy ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal sekitar 1 persen. Dengan revaluasi aset itu maka nilai aktiva tetapnya akan bertambah sekitar Rp 8 triliun.

"Meski ada potensi pembayaran pajak Rp 245 miliar apabila menggunakan rate tiga persen. Hal ini dapat sedikit membantu dalam menambah ruang bagi ekspansi kredit di masa depan. Ini mengikuti ketentuan permodalan yang lebih ketat seiring implementasi basel III," jelas Andy, Rabu (13/1/2016).

Reza memperkirakan, rasio cadangan modal perseroan akan meningkat 1-2 persen dengan ada revaluasi aset tersebut.

Untuk kinerja 2015, Andy optimistis kinerja perseroan berpotensi sejalan dengan proyeksi dan ekspektasi pasar. Pendapatan bunga bersih diperkirakan mencapai Rp 58,09 triliun dan laba bersih Rp 24,51 triliun pada 2015.

Sedangkan laba bersih diharapkan tumbuh menjadi Rp 26,39 triliun dan pendapatan bunga bersih Rp 63,79 triliun pada 2016.

CAR diharapkan mencapai 17,6 persen pada 2015 dan 17,5 persen pada 2016. Gross non performing loan (NPL) diperkirakan masing-masing 2,1 persen pada 2015 dan 2016.

Rekomendasi Saham

Dengan melihat kondisi itu, Andy menuturkan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) masih menjadi pilihan pada 2016.

Ia merekomendasikan beli dengan mempertahankan target harga saham Rp 13.000. Target harga itu dengan mencerminkan 2,4 kali price book value pada 2016.

Reza merekomendasikan beli dengan target harga saham Rp 12.750 untuk satu tahun.

Pada penutupan perdagangan saham Selasa 12 Januari 2016, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk ditutup di level harga Rp 11.600 per saham. (Ahm/Igw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya