Kronologi Pemukulan Bocah T oleh Anggota Marinir

Masalahnya sepele, burung Anggota Marinir itu hilang.

oleh FX. Richo Pramono diperbarui 13 Jan 2016, 13:25 WIB
Ilustrasi kekerasan pada anak. Sumber: Istimewa

Liputan6.com, Jakarta - Peristiwa nahas dialami T (13). Wajahnya lebam dan punggungnya dipenuhi luka. Bocah kelas 6 SD tersebut diduga menjadi korban kekerasan oknum anggota Marinir, pasukan elite TNI Angkatan Laut. Kejadian berawal pada Senin sore, 11 Januari 2016, ketika T sedang bermain di Markas Korps Komando (KKO) Marinir, Cilandak, Jakarta Selatan.

"Pertama-tama naik motor pengin jalan-jalan. Waktu itu pakai 2 motor. Pertama main layangan dulu. Terus ada layangan putus, saya sama teman mau ngejar. Saya diledekin sama F karena enggak punya motor, enggak modal. Terus saya lompat ke belakang, saya lari (kejar layangan putus)," ujar T menceritakan awal mula peristiwa nahas itu di RS Prikasih, Pondok Labu, Jakarta Selatan, Selasa (12/1/2016).

Namun, niatnya mengejar layangan yang putus menjadi awal dari kisah tragis bocah T tersebut. Ia dituduh sebagai maling burung. Sialnya, kala itu bertepatan dengan ada burung yang hilang karena diduga dicuri. Burung tersebut diketahui merupakan milik salah satu anggota Marinir.

"Disangkanya saya yang maling burung. Terus saya bilang saya enggak nyuri dan ngambil burung orang. Pas saya lihat ke sangkar burung itu, ada 2 bulu burung. Nah, saya disangka mengambil burung itu karena kabur-kaburan kayak ngambil burung itu," kata dia.

Praktis bocah itu ketakutan luar biasa. Terlebih lagi, sang pemilik burung meminta istrinya untuk mengambil senjata api. Kemudian senjata itu ditodongkan ke arah bocah T.

"Suaminya bilang ke istrinya, ambilkan pistol. Saya bilang jangan, Pak. Jangan. Saya takut mati. Masa depan saya belum sampai. Pistolnya sudah diginiin (ditodongkan ke arahnya). Suruh duduk. Saya enggak mau dan berdiri terus," ujar T.


Penuh ketakutan, bocah tersebut langsung dibawa ke pos jaga. Di sana-lah awal dugaan tindak kekerasan dilakukan oleh oknum anggota Marinir.

"Saya langsung dibawa ke motor, ke pos. Terus dipanggil anak buahnya. (Saya) disuruh duduk dan suruh ngaku. Dipukuli pakai selang air. Yang mukulin 3 orang ganti-gantian. Dipukul ke belakang, rambut dijambak, dan didorong pakai belati," tutur T.

Bocah T bukan hanya mendapat tindak kekerasan, ia juga mendapat ancaman dan intimidasi. Bocah T dipaksa mengaku dengan diancam akan dibakar dan ditembak.

"Langsung ditendang dan dipukul pakai selang. Iya sempat diikat di tiang. Kayak tempat tenda. Saya sebelah sininya, pojok. Kalau enggak ngaku, (akan) dibakar dan ditembak kakinya," demikian bocah T menceritakan pengalamannya.

Sang ayah mengaku sangat terpukul atas kejadian tersebut. Ia panik bukan kepalang dan langsung menjemput anaknya di Markas KKO Marinir Cilandak.

"Jam setengah 6 (sore) saya bawa pulang dari Marinir itu. Setelah di rumah, saya akan berangkatkan ke rumah sakit. Namun sebelumnya ada yang bilang untuk lapor dulu untuk visum. Akhirnya saya ke Polsek Pasar Minggu. Setelah itu saya bawa ke Rumah Sakit Polri," tutur ayah korban, Purwanto.

T di Rumah Sakit Polri sampai pukul 00.30. Karena susah dapat tempat dan jauh dari rumah, T dipindahkan ke RS Prikasih.


Ada Pelecehan Seksual?

 Kepada ayahnya, bocah T menceritakan lebih rinci kejadian yang menimpanya.

"Sudah pasti (pelakunya anggota Marinir) karena itu di dalam wilayah dia. Banyak antara 4 atau 5 orang (yang memukuli F). Luka dari punggung sampai memar di muka. Dipecut dengan selang air. Saya tahu dari temannya. Dia bilang anak saya sudah berdarah di Kompleks Marinir. Kebetulan adiknya ikut, saya bawa," ucap Purwanto.

Yang lebih mengenaskan lagi, bocah T bukan hanya mendapat tindak kekerasan oleh oknum yang diduga anggota Marinir. Ia juga mendapat pelecehan seksual. Bocah T diketahui ditelanjangi pada saat itu.

"Waktu saya samperin, dia sudah telanjang. Cuma pakai celana dalam terus diikat di tiang tenda gitu. Yang memukul ada yang pakai seragam, ada yang enggak. Yang punya burung, saya malah enggak tahu yang mana," katanya.

Berniat menolong sang sulung, Purwanto pun mendapat tindak kekerasan dari oknum tersebut.

"Iya pertama ditendang di bagian perut 2 kali. Sabetan di punggung juga. Itu karena saya masuk sembarangan ke wilayah dia. Saya lakukan itu karena terpaksa saya masuk untuk menolong anak saya," ujar Purwanto.

Tadi malam di RS Prikasih, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlidungan anak Yohana Yembise langsung memantau kondisi terkini terkait tindak kekerasan yang dialami bocah T.

"Kalau anak-anak dieksploitasi, negara hadir. Dan saya hadir untuk melindungi anak. Apakah betul apa tidak (pelakunya oknum anggota Marinir), akan saya kaji terus bersama tim saya," ujar Menteri Yohana.

Terkait kejadian ini, TNI AL angkat bicara. Kepala Dinas Penerangan TNI AL, Laksamana Pertama TNI M. Zainudin, mengatakan kisah memilukan itu terjadi pada Minggu pagi, 10 Januari 2016.

Zainudin bercerita seorang anggota Korps Marinir TNI AL sedang menjemur burung peliharaannya pada pukul 11.00 WIB. Tak lama berselang, bocah T melintas dan mengambil burung itu.

"Setelah berhasil mengambil burung, dia (T) kemudian lari tapi terjatuh. Burung tersebut lepas," kata Zainudin seperti dilansir dari Antara, Rabu (13/1/2016).

"T lalu ditangkap oleh si pemilik burung dan dibawa ke pos jaga Marinir. Di pos jaga itulah terjadi insiden pemukulan," kata dia.

Terkait insiden itu, Zainuddin mengakui reaksi anggota TNI AL itu terlalu berlebihan. Meskipun begitu, dia menambahkan, di kompleks itu juga sudah berulangkali terjadi kasus pencurian burung yang membuat kesal para penghuni.

"Saat ini sedang dilakukan investigasi. Anggota kami mendapat sanksi karena tindakannya itu," ujar dia.

"Saya atas nama TNI AL memohon maaf atas kejadian ini. Sekali lagi kami mengakui tindakan pemukulan anggota kami terlalu berlebihan," ujar Zainudin.**

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya