Liputan6.com, Jakarta - Proses autopsi jenazah korban meninggal dunia akibat dugaan malapraktik Klinik Chiropractic First, Allya Sisca Nadya telah usai. Liang lahat yang tadinya dibongkar, sudah kembali tertutup tanah merah.
Melihat kembali jenazah putri tercintanya, hati sang ibunda, Arnisda Helmy tersayat. Sosok Allya kembali terbayang. Kenangan manis dengan si buah hati kembali terngiang.
"Jadi kesayangan di keluarga itu karena dia baik hati, sama siapa pun. Tak pernah merepotkan orangtua, itu yang membuat kita semua sayang," ujar Arnisda di TPU Tanah Kusir, Jakarta, Rabu (13/1/2016).
Baca Juga
Advertisement
Arnisda mengaku kadang kasihan melihat sang buah hati terus bekerja keras dan belajar giat mengejar masa depannya. Salah satunya dengan kuliah di Prancis.
Allya begitu kerja keras hingga punggungnya sering terasa letih. Arnisda pun ingat momen-momen ketika dia memijat putrinya itu.
"Namanya capek, pegel, kan biasa. Jadi kadang-kadang saya massage (pijat) pelan-pelan. Tapi dia enggak mau, katanya ngerepotin," kenang Arnisda.
Kini, Allya telah pergi untuk selamanya. Arnisda pun ikhlas.
"Saya ikhlas menerima ini semua. Saya terima ini walau berat kehilangan yang paling disayangi," pungkas Arnisda.
Allya meninggal dunia diduga akibat tindak malapraktik seorang terapis Klinik Chiropractic First asal Amerika Serikat, Randall Cafferty. Setelah 3 kali menjalani sesi terapi sore hari, Allya menderita mual dan sakit yang menjalar di bagian leher pada malam hari.
Ia pun meregang nyawa jelang matahari terbit, 6 Agustus 2015.
Polda Metro yang mendapat laporan dari pihak keluarga pada 12 Agustus 2015, kesulitan mengungkap kasus tersebut lantaran pihak keluarga enggan memberi izin pembongkaran makam sampai pada akhirnya kasus ini mencuat di media massa.
Polisi kini menggandeng FBI untuk memburu Randall yang sudah meninggalkan Tanah Air beberapa bulan lalu. Polisi mengungkapkan, keterangan Randall sebagai orang yang diduga melakukan malapraktik sangat diperlukan.*