Mereka yang Diduga Gabung Gafatar, dari PNS sampai Mahasiswa

Mereka berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) hingga mahasiswa.

oleh Nefri IngeHans BahananEka Hakim diperbarui 13 Jan 2016, 20:01 WIB
Ormas Gafatar yang dilambangkan dengan gambar matahari bersinar itu dideklarasikan pada 21 Januari 2011.

Liputan6.com, Makassar - Sejumlah orang di berbagai daerah dikabarkan menghilang pascabergabungnya dengan kelompok Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Mereka berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), dokter, mahasiswa hingga masyarakat biasa.

Seperti yang terjadi di Sulawesi Selatan. Seorang PNS Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jeneponto Sulsel dilaporkan hilang bersama keluarganya. Mereka diduga bergabung dengan gerakan tersebut.

Adalah Abdul Kadri Nasir (32). Ia bersama istrinya Adriani Havid (32) serta 2 anaknya, Habiah (3) dan Berlian (6 bulan), dilaporkan hilang oleh keluarganya ke Polda Sulselbar sejak November 2015.

"Laporannya kita terima sejak November 2015. Tapi keluarganya sempat masih berkomunikasi dengan Abdul Kadri pada saat berada di Bandung sekitar 30 Desember 2015, dan hingga saat ini tak ada kontak lagi," kata Kepala Bidang Humas Polda Sulselbar, Kombes Frans Barung Mangera, saat dihubungi Liputan6.com, Makassar, Rabu (13/1/2016).

Atas kejadian ini, pihaknya mendata warga yang hilang di wilayahnya masing-masing. Ini untuk mengetahui kondisi warga agar tidak masuk dalam gerakan tersebut.

"Ini sudah menjadi atensi nasional dan menjadi perhatian Mabes Polri sehingga Kapolda juga berharap masing-masing polres mendata warga yang hilang terutama mereka yang masuk kelompok rasional," jelas Barung.

Di wilayah Sulawesi Selatan, lanjut Barung, sudah banyak warga yang masuk dan bergabung dengan Gafatar. Mereka kini masih dalam penelusuran lebih dalam.

"Laporan yang masuk di Polres Bantaeng, Sulsel juga ada seorang warga bernama Hasrini melapor bahwa sekitar 100 formulir yang sudah diisi, yang ditinggalkan Abdul Kadri. Formulir itu diisi ratusan warga Kabupaten Bantaeng, Sulsel," ungkap Barung.


Mahasiswi Unram NTB

Mahasiswi Unram NTB

Selain di Sulawesi, seorang mahasiswi semester III Fakultas Ekonomi Univesitas Mataram (Unram) Nusa Tenggara Barat (NTB) juga dikabarkan hilang. Dia diduga bergabung dengan aliran sesat Gafatar.

Kepolisian Daerah (Polda) Nusa Tenggara Barat (NTB) menyatakan terus menyelidiki dan mendalami hilangnya mahasiswi yang bernama Rani Pradini Putri itu. Mahasiswi yang baru berumur 19 tahun itu berasal dari Desa Sandik, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat. Dia dilaporkan hilang oleh orangtua Rani sejak Juli 2015 lalu.

"Sampai saat ini keberadaan korban masih kita telusuri, dan kami masih mendalami kasus ini," kata Kabid Humas Polda NTB, AKBP Tri Budipangastuti, di Mataram, Rabu (13/1/2016).

Tri menjelaskan, menurut pengakuan orang tuanya, Rani hilang setelah diajak oleh seorang temannya.

"Semenjak ajakan tersebut, korban diketahui tidak pernah kembali ke rumah. Sampai saat ini keberadaan korban belum diketahui, termasuk temannya yang mengajak," ujar Tri.

Sepasang Remaja

Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang merupakan organisasi sesat keagamaan ini juga marak di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Sebab ada laporan warga Palembang yang mengadukan ke kepolisian tentang hilangnya anaknya yang diduga ikut dalam organisasi ini.

Hilangnya sang anak, Ratih Medianti (23) ‎dilaporkan oleh sang ibunda, Megawati (52) ke Mapolresta Palembang, pada 23 November 2015. Kini, laporannya ditarik Mapolda Sumsel dan pelapor menjalani pemeriksaan di Mapolda Sumsel pada Rabu (14/1/2015).

Korban merupakan warga Jalan Kaswari V RT 31 RW 12 Kelurahan Sialang Kecamatan Sako Palembang‎, Sumatera Selatan (Sumsel).


Tak Perlu Salat

Dari penuturan Megawati, ‎beberapa hari sebelum menghilang, Ratih dan pacar anaknya, Adil, mengajak Ibu Rumah Tangga (IRT) ini untuk masuk organisasi Gafatar. Sang anak yang lulusan Akademi Kebidanan (Akbid) ini menjelaskan bahwa pengikut Gafatar tiak perlu menunaikan kewajiban Islam, seperti salat, puasa, dan lainnya.

"Tidak saya gubris karena tingkah laku anak saya juga tidak ada yang aneh. Hanya saja, dia tidak pernah salat sejak mengajak saya masuk Gafatar. Dia menghilang pada 17 November 2015 lalu. Ratih sempat mengirim pesan singkat dengan kata-kata 'bye'. Saat saya hubungi lagi, nomor teleponnya sudah tidak aktif," ujar Megawati kepada Liputan6.com di Palembang, Rabu (13/1/2016).

"Saya cek ke rekening bank Ratih, ternyata ia melakukan transaksi pembelian tiket pesawat ke Kalimantan‎ bersama pacarnya. Baju-bajunya di rumah juga dibawanya. Barulah pada 23 November 2015 saya laporkan ke Polresta Palembang. Sampai sekarang juga, anak saya tidak ada kabar," papar dia.

Kapolda Sumsel, Irjen Pol Djoko Prastowo, mengatakan sejauh ini tiak ada terdeteksi laporan kegiatan Gafatar di Sumsel. Pihaknya masih berkoordinasi dengan Polres se-Sumsel dan akan memetakan daerah mana yang terindikasi adanya organisasi Gafatar ini.

"Kalau di Sumsel, belum ada kegiatannya, tapi potensinya cukup besar. Karena, di kota metropolitan seperti Palembang memang rentan akan adanya perekrutan terhadap anggota tersebut. Ini yang perlu kita waspadai‎," ujar Djoko.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya