Liputan6.com, Jakarta - Inikah saatnya melikuidasi Liga Champions? Menggantikannya dengan sebuah turnamen yang lebih bergengsi, lebih mewah dan diikuti klub-klub elite di Eropa?
Kubu Bayern Muenchen, tampaknya berpikir demikian. Karl-Heinz Rummenigge, chief executive klub asal Jerman itu menyebut, pihaknya bermimpi di masa depan, akan ada sebuah turnamen yang lebih besar di luar Liga Champions. Bisa saja namanya Liga Super Eropa (European Super League).
Baca Juga
- 3 Pemain Bidikan Roma Usai Pemecatan Rudi Garcia
- Ketiduran Saat Siaran Laga Barcelona, Komentator Ini Dipecat
- Kemenpora Sebut 3 Sumber Dana PON 2016
Advertisement
Jumlahnya, kata Rummenigge tak kurang dari 20 tim. Klub pesertanya terdiri dari negara-negara Eropa yang punya tradisi kuat, seperti Jerman,Italia, Inggris, Spanyol, dan Prancis.
"Ide ini sebenarnya sudah lama," ujar Rummenigge, mantan gelandang hebat Muenchen dan Jerman itu. "Saya melihat klub-klub besar dari lima liga top Eropa, semakin kuat dari hari ke hari."
Klub-klub tersebut, kata Rummenigge, sudah tak pantas lagi bersaing dengan klub-klub kecil dari liga-liga "antah berantah" di Eropa seperti dari Lithuania, Malta, ataupun Siprus, seperti masih terjadi di Liga Champions. "Liga super ini berada di luar Liga Champions," Rummenigge, yang juga ketua Asosiasi Klub Eropa (ECA) menjelaskan. "Bisa saja tetap diselenggarakan oleh UEFA atau lembaga lain secara terpisah."
Masalah Keuangan
Ide Rummenigge ini mendapat dukungan penuh dari kubu Juventus. Namun, klub elite Italia itu lebih melihat masalah keuangan sebagai dasar ketertarikan mereka ikut membidani liga super yang melibatkan klub-klub besar Eropa.
Menurut Presiden Juventus, Andrea Agnelli, dengan membuat liga super yang berada di luar Liga Champions, klub-klub elite Eropa berkesempatan meraup penghasilan lebih banyak. Jauh dari apa yang selama ini mereka terima dari partisipasi di Liga Champions.
Agnelli terus terang menyebut iri melihat penghasilan klub-klub american footbal (NFL). "Hak siar televisi Liga Champions saat ini bernilai 1,5 miliar euro. Bandingkan dengan hak siar Super Bowl (liga NFL) yang mencapai 7 miliar euro," kata Agnelli.
Padahal, berdasarkan riset, kata Agnelli, jumlah penggemar sepak bola jauh lebih banyak dibanding NFL. Jumlah penggemar sepak bola di seluruh dunia mencapai 1,6 miliar. Sedangkan NFL hanya sekitar 150 juta.
Selain itu, keterikatan klub-klub dengan UEFA juga membuat mereka tak bisa berbuat banyak. "Saat ini, UEFA-lah yang jadi broker hak siar Liga Champions. Kami tak bisa berbuat apa-apa," kata Agnelli.
Ide Lama
Seperti disebutkan Rummenigge, ide untuk "keluar" dari Liga Champions sebenarnya memang sudah lama mengemuka. Bahkan, ketika itu klub-klub Eropa sempat mendirikan G14 Group untuk merintisnya. Namun, ide ini hanya jalan di tempat. G14 bahkan kemudian dibubarkan dan digantikan ECA dengan ikut campur tangan UEFA.
Tapi, pada 2009 lalu, bebera klub elite Eropa sempat juga menggelar diskusi tentang "turnamen baru" ini. Presiden Real Madrid, Florentino Perez, ketika itu menyebut, mereka harus segera mencari format turnamen baru untuk keluar dari Liga Champions.
Sementara pelatih Arsenal, Arsene Wenger, juga pernah menekankan pentingnya mereka keluar dari Liga Champions. Alasan Wenger juga soal uang.
Saat ini, kata Wenger, pendapatan klub-klub dari ajang Eropa dikuasai UEFA. Mereka lalu mendistribusikannya ke klub-klub. Hal ini tentu berbeda jika klub-klub sendiri yang mengatur pendapatan mereka dari ajang Eropa.