Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli prihatin dengan adanya tragedi teror bom di kawasan Sarinah Thamrin, Jakarta Pusat, yang menelan beberapa korban jiwa. Lokasi ledakan bom tersebut terjadi di kawasan tempat Rizal berkantor yaitu di Gedung BPPT.
"Saya prihatin sekali di depan kantor saya ada ledakan tiga kali. Teroris pakai motor, korbannya lumayan," ungkap Rizal di acara Rangkaian Kegiatan Kongres Nasional IX IA-ITB di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis, (14/1/2016) ini.
Ia berpendapat, muncul budaya baru bagi orang Indonesia bersedia melakukan aksi bom bunuh diri. Keadaan ini berbeda dengan kondisi di tahun-tahun sebelumnya.
"Dulu sih tidak ada tradisi itu, tapi beberapa tahun terakhir, ada tradisi orang mau berkorban melakukan bom bunuh diri untuk apapun niatnya," tegas Rizal.
Mantan Menko Bidang Perekonomian ini dengan tegas menyebut aksi bom bunuh diri ataupun terorisme sebagai sebuah bentuk radikalisme yang harus segera dihentikan.
"Kalau tidak dihentikan, maka kombinasi kemiskinan dengan radikalisme bisa membuat bangsa kita terpecah-pecah dan berbahaya," ucap Rizal.
Baca Juga
Advertisement
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan saham Kamis pekan sesaat setelah peristiwa ledakan. Mengutip data Bloomberg, Kamis (14/1/2016), rupiah dibuka melemah 22 poin ke level 13.857 per dolar AS dari penutupan perdagangan Rabu 13 Januari 2016 di level 13.835 per dolar AS.
Pada pukul 10.50, rupiah langsung tertekan ke level 13.914 per dolar AS. Padahal sebelumnya pukul 10.35, rupiah masih bergerak di kisaran 13.837 per dolar AS. Sepanjang Kamis siang ini di level 13.829-13.910 per dolar AS.
Sementara itu, kurs rerefensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah melemah ke level 13.877 per dolar AS dari posisi 13 Januari 2016 di level 13.861.
Analis PT Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova menuturkan sentimen internal mendominasi pelemahan nilai tukar rupiah pada siang ini.
Ada ledakan bom terjadi di pusat kota Jakarta, Rully menilai hal itu dapat mempengaruhi persepsi pelaku pasar terhadap situasi politik dan keamanan di Indonesia.
"Faktor politik dan keamanan langsung mempengaruhi pergerakan rupiah. Ini mengkhawatirkan investor terhadap mata uang negara berkembang termasuk rupiah," ujar Rully, saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (14/1/2016).
Ia menambahkan, rupiah masih akan tertekan hingga sore ini lantaran peristiwa tersebut. Rupiah kemungkinan masih berpeluang menguat asalkan pemerintah dapat bereaksi dengan tepat. "Rupiah ini tergantung respons pemerintah untuk membantu penguatan rupiah," kata Rully. (Amd/Gdn)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6