Penyimpangan Gafatar Menurut NU

Ketika jumlah pengikutnya sudah banyak maka mereka melakukan gerakan secara terang-terangan atau jahron.

oleh Nadya Isnaeni diperbarui 14 Jan 2016, 17:51 WIB
Gafatar lagi heboh banget diomongin. Organisasi ini diyakini aliran sesat. Kenali ciri-cirinya biar kamu gak terjebak.

Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) diduga menjadi dalam di balik kasus menghilangnya sejumlah orang di beberapa wilayah. Salah satunya dokter Rica Tri Handayani.

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) mengungkap sejumlah penyimpangan yang diduga dilakukan Gafatar. Seperti disampaikan pengurus harian PBNU Tanfidziyah, Marsudi Syuhud.

Apa saja penyimpangannya?

"Secara sosial, bagaimana ajarannya bisa membuat orang-orang sehingga dilaporkan hilang," kata Marsudi kepada Liputan6.com di SCTV Tower, Kamis (14/1/2016).

"Secara agama yang saya dengar, (pemrakarsa Gafatar Ahmad Musadeq) mengaku nabi. Kalau secara Islam kan nggak benar," sambung  dia.

Marsudi menjelaskan, perjalanan Gafatar membutuhkan 6 langkah. Yakni sirron atau sembunyi-sembunyi. Lalu ketika jumlah pengikutnya sudah banyak maka mereka melakukan gerakan secara terang-terangan atau jahron.

Lalu, ke tiga fase hijrah atau pindah. Ke empat perang, dan terakhir futuh atau kemenangan. "Sekarang Gafatar memasuki fase hijrah," tutur Marsudi.

Aliran Gafatar diduga merupakan pecahan dari Al Qiyadah Al Islamiyah yang dipimpin Abdul Samal alias Ahmad Musadeq. Musadeq, memiliki sebuah vila di kaki Gunung Salak, tepatnya di Desa Gunungsari, Kecamatan Pamjihan, Kabupaten Bogor pada 2007.

Di vila tersebut, Ahmad Musadeq juga mendirikan sebuah aliran bernama Al Qiyadah. Di dalam gua dalam area vila tersebut, Musadeq mengaku mendapat wahyu dari Tuhan sehingga menobatkan dirinya sebagai nabi.

Seiring waktu, jemaah aliran tersebut terus bertambah. Karena dianggap aliran sesat, masyarakat dan pemerintah yang mengendus langsung membubarkannya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya