Liputan6.com, Jakarta Tak pernah terbayangkan di benak Merni Wirawan (37) bahwa aktivitas menunggu anaknya pulang sekolah pagi itu menjadi sangat menegangkan. Merni merupakan salah satu saksi tragedi bom dan baku tembak di kawasan Thamrin pada Kamis (14/1/2016) pagi.
Padahal biasanya kegiatan itu berlangsung normal saja. Namun pagi itu Merni terpaksa mengalami kejadian yang membuatnya terluka, baik fisik maupun mental. Wanita itu pun menceritakan kronologi kejadian tersebut kepada Liputan6.com.
Ketika itu Merni ingin menunggu anaknya pulang sekolah sekitar jam 11.00 siang. Merni yang datang lebih cepat memutuskan untuk menunggu di kedai kopi Starbucks.
"Saya pikir lumayan bisa sambil cek-cek e-mail dan ngetik-ngetik, jadi saya cari tempat. Saya parkir di belakang Sarinah yang di dekat Jalan Agus Salim dan jalan menuju Starbucks. Saya sempat bingung antara McDonald atau Starbucks, tetapi karena saya enggak mau lama-lama jadinya saya pilih Starbucks," tutur Merni saat dihubungi via telepon, Jumat (15/1/2016).
Baca Juga
Advertisement
Ia masuk ke dalam kedai kopi asal Amerika Serikat itu sekitar pukul 10.30 WIB. Ternyata kondisi pagi itu sangat ramai, tidak seperti biasanya. Merni sempat ingin membatalkan niatnya untuk masuk. Namun karena ia masih melihat sebuah bangku kosong di bagian pojok belakang dekat jendela, ia pun akhirnya memilih tempat tersebut.
Ia duduk di sana dan membuka laptop. Selang 10-15 menit, ia mendengar bunyi ledakan kencang. Namun, ia dan pengunjung lainnya belum menyadari bahwa ledakan itu adalah bom.
"Kita masih bingung itu ledakan apa. Bisa jadi kan ban meletus atau kompor meledak, tetapi ternyata kaca jendela pecah, terus ada kepulan asap putih," kata Merni.
Mendadak sontak, para pengunjung pun berlindung di bawah meja. Namun tak lama terdengar bunyi ledakan lagi. Kali ini bunyinya lebih jauh, tetapi tambah membuat panik. Merni pun cepat-cepat membereskan barangnya, meskipun banyak juga yang masih tercecer. Para pengunjung kedai itu pun berusaha menyelamatkan diri mereka. Namun karena pintu kedai dipenuhi asap, akhirnya banyak pengunjung yang keluar melalui jendela yang kacanya sudah pecah.
"Suasana chaos. Kami buru-buru, mungkin pada menginjak pecahan kaca makanya kaki terluka. Begitu keluar saya melihat ada bule terluka. Tetapi saya panik dan berusaha menyelamatkan diri, jadi saya langsung lari ke mobil," kata Merni.
Ia pun sejenak menenangkan diri di sekitar mobilnya yang diparkir sekitar Jalan Agus Salim belakang Sarinah. Melihat Merni yang terluka, seorang pengunjung lainnya menanyakan apakah ia mau dibawa ke dokter. Namun, karena rumah Merni tidak terlalu jauh dari sana, ia memutuskan untuk pulang saja.
Kebetulan orang yang menanyakan Merni itu rumahnya juga tak jauh darinya, yakni di kawasan Kebon Kacang, Jakarta Pusat. Mereka pun sama-sama menuju lokasi itu. Baru pada sorenya Merni pergi ke dokter untuk mengecek kondisi lukanya.
Untuk suara tembakan, Merni mengaku tidak terlalu memperhatikan. Sebab, ia sudah fokus dengan suasana chaos di kedai kopinya. Kondisi kedai yang ramai kian panik karena ledakan dan asap membuat para pengunjung hanya ingin menyelamatkan dirinya.**