Liputan6.com, Solo - Bahrun Naim, sosok yang disebut sebagai otak teror Jakarta, merupakan alumnus D3 Ilmu Komputer MIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Prestasi terpidana kasus kepemilikan ribuan amunisi itu saat menimba ilmu tidak menonjol.
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan UNS Profesor Darsono menyebutkan, Bahrun Naim sebagai diterima sebagai mahasiswa Angkatan 2002. Ia menyelesaikan kuliahnya pada 2005.
"Iya benar memang pernah kuliah di UNS. Tepatnya adalah mahasiswa D3 Ilmu Komputer Fakultas MIPA angkatan 2002, lulus 2005. Namanya adalah Bahrun Naim," ujar Darsono, Jumat (15/1/2016).
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, Wakil Dekan III Fakultas MIPA UNS Profesor Sugiarto menyatakan, saat mahasiswa, Bahrun Naim tidak pernah aktif di organisasi intrakampus bidang keagamaan, Siar Kerohanian Islam (SKI). Namun, ia pernah menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komputer.
"Kalau untuk SKI enggak pernah aktif, tapi enggak tahu kalau aktif di organisasi keagamaan lain. Yang jelas, ia pernah menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komputer," jelas Sugiarto.
Ia juga menyampaikan, prestasi Bahrun Naim tidak terlalu menonjol. Untuk memastikannya, rektorat masih mengumpulkan data-data nilai Bahrun Naim semasa berkuliah.
"Kita masih mengumpulkan data-datanya. Tetapi, berdasar keterangan dari teman-teman angkatannya, nilai kurang bagus. Prestasi kurang menonjol," ujar Sugiarto.
Dalang Teror Jakarta
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian menyatakan, Bahrun Naim bukanlah teroris baru. Ia pernah ditangkap pada 2011 dan ditahan atas kasus kepemilikan peluru dan terkait jaringan teror di Jawa Tengah.
Setelah bebas, pada 2014 Bahrun berangkat ke Suriah dan bergabung dengan ISIS di Raqqa, pusat pemerintahan ISIS. Walau saat ini menetap di Suriah, namun Bahrun Naim mempunyai pengaruh yang cukup besar di sebagian wilayah Jawa Tengah dan pernah bergabung dengan jaringan teroris Santoso di Poso.
"Di Jawa dan Sulawesi cukup berpengaruh, ia bagian dari Jaringan Poso," ungkap Tito.
Bahrun Naim, lanjut Tito, merupakan tokoh terpandang di kelompok ISIS. Sebagai pimpinan di wilayah Asia Tenggara, ia ingin mendirikan cabang ISIS di Indonesia yang dinamakan Khatibah Nusantara. Dengan didirikannya Khatibah Nusantara, maka dapat membuat namanya semakin bersinar di kalangan ISIS, khususnya di wilayah Asia Tenggara.