Keluarga Terduga Bomber Bunuh Diri di Thamrin Diperiksa Polisi

Teror Jakarta terjadi di kawasan Sarinah, Jl MH Thamrin pada Kamis 14 Januari.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 15 Jan 2016, 17:27 WIB
Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti 2015 di Mabes Polri Jakarta, Selasa (29/12/2015) (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti memastikan, jajarannya sudah mulai memeriksa para keluarga terduga teroris di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat. Sudah 2 anggota keluarga dimintai keterangannya di Rumah Sakit Polri Kramat Jati saat tengah melihat jenazah.

"Sudah ada, yang datang 2 orang," kata Badrodin di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Jumat (15/1/2016).

Tak hanya memeriksa para keluarga, kepolisian juga meminta sejumlah data, terutama yang terkait dengan pemeriksaan forensik.

"Tapi kan tentu kita dari situ bisa menanyakan keluarga kandungnya siapa, alamatnya dimana, sehingga kita lakukan identifikasi primer," tutur dia.

"Karena bisa saja tetangga atau dari pihak lain yang mengaku-ngaku saja," pungkas Badrodin.

Teror Jakarta terjadi di kawasan Sarinah, Jl MH Thamrin pada Kamis 14 Januari. 6 Ledakan bom dan baku tembak senjata api menewaskan 1 WNI dan 1 warga Kanada. Serta melukai 24 orang, termasuk 5 polisi dan 4 warga asing. 5 Teroris tewas.

Bahrun Naim diduga menjadi dalang dalam aksi teror bom di Jalan MH Thamrin, Jakart Pusat. Dia juga pernah terlibat aksi teror di Jakarta, yaitu mengancam Presiden Amerika Serikat, Barack Obama yang akan ke Jakarta.

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian menyatakan, Muhammad Bahrun Naim bukanlah teroris baru. Ia pernah ditangkap pada 2011 dan ditahan atas kasus kepemilikan peluru dan terkait jaringan teror di Jawa Tengah. Dia diganjar 2,5 tahun penjara. Pada Juni 2012, dia menghirup udara bebas.

Setelah bebas, pada 2014 Bahrun berangkat ke Suriah dan bergabung dengan ISIS di Raqqa, pusat pemerintahan ISIS. Walau saat ini menetap di Suriah, namun Bahrun Naim mempunyai pengaruh yang cukup besar di sebagian wilayah Jawa Tengah dan pernah bergabung dengan jaringan teroris Santoso di Poso.

"Di Jawa dan Sulawesi cukup berpengaruh, ia bagian dari Jaringan Poso," ungkap Tito.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya