Liputan6.com, Jakarta Meski tak diinginkan, kejahatan terorisme bisa tiba-tiba hadir di tengah kedamaian kehidupan kita. Informasi kejadian ledakan di Thamrin Jakarta pada hari Kamis (14/1) sontak menyebar luas, bahkan sampai pada anak-anak. Menghadapi hal tersebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) bergerak cepat mengeluarkan panduan singkat mengenai cara orangtua membicarakan terorisme pada anak.
Baca Juga
Advertisement
"Dalam situasi seperti ini, orangtua dan guru perlu membantu anak-anak kita mencerna dan menanggapi peristiwa teror ini. Mohon bantuan dan perkenan untuk menyebarluaskan panduan singkat di bawah ini untuk orang tua dan guru dalam berdialog dengan anak-anak kita," tutur Menteri Kemdikbud, Anies Baswedan dalam lam resmi Kemdikbud diakses Sabtu (16/1/2015).
Berikut panduan selengkap bagi orangtua kala berbicara tentang kejahatan terorisme pada anak seperti yang dikeluarkan Kemdikbud:
1. Cari tahu apa yang mereka pahami. Bahas secara singkat apa yang terjadi, meliputi fakta-fakta yang sudah terkonfirmasi, ajak anak untuk menghindari isu dan spekulasi.
2. Hindari paparan televisi dan media sosial yang sering menampilkan gambar dan adegan mengerikan bagi kebanyakan anak, terutama anak di bawah 12 tahun.
3. Identifikasi rasa takut anak yang mungkin berlebihan. Pahami bahwa tiap anak memiliki karakter unik. Jelaskan bahwa kejahatan terorisme sangat jarang, namun kewaspadaan tetap perlu.
4. Bantu anak mengungkapkan perasaannya terhadap tragedi yang terjadi. Bila ada rasa marah, arahkan pada sasaran yang tepat yaitu pelaku kejahatan. Hindari prasangka pada identitas golongan yang didasarkan pada prasangka.
5. Jalani kegiatan keluarga bersama secara normal untuk memberikan rasa nyaman, serta tidak tunduk pada tujuan teroris mengganggu kehidupan kita. Kebersamaan dan komunikasi rutin penting untuk mendukung anak.
6. Ajak anak berdiskusi dan mengapresiasi kerja para polisi, TNI, dan petugas kesehatan yang melindungi, melayani, dan membantu kita di masa tragedi. Diskusikan lebih banyak tentang sisi kesigapan dan keberanian mereka daripada sisi kejahatan pelaku teror.