Liputan6.com, Jakarta - Teror Jakarta pada Kamis 14 Januari 2016 kemarin, sempat diramaikan isu bahwa negara seperti Arab Saudi, Australia, dan Amerika Serikat, sudah mengetahui aksi tersebut. Terkait hal itu, Badan Intelijen Negara (BIN) membantahnya. BIN menyatakan, tidak ada yang tahu akan aksi tersebut, selain informasi pada 9 Januari 2016.
"Kalau selama ini beredar ada yang mengetahui serangan tersebut, itu adalah tidak benar," ujar Kepala BIN Sutiyoso di kantornya, Jakarta, Jumat (15/1/2016).
Dia yakin, sebab di instansinya juga ada perwakilan intelijen dari negara lain, sebagai salah satu bentuk kerja sama.
"Di sini 3 orang ada perwakilan CIA. Jadi informasi itu tidak benar adanya," ungkap Sutiyoso.
Baca Juga
Advertisement
Terkait keberadaan ISIS di Indonesia, dia menyatakan, sudah memantau lama keberadaan mereka di Indonesia, sejak November 2015.
"Potensi serangan teroris itu sudah ada sejak November 2015. Di mana kita telah sampaikan sekitar 100 kombatan ISIS pulang ke Tanah Air, 423 mantan narapidana terorisme sudah bebas, akan ada pelatihan yang diadakan oleh kelompok radikal," ungkap dia.
Meski mengetahuinya, Sutiyoso enggan mengungkapkan sejauh apa kekuatan ISIS di Indonesia.
"Kita punya petanya. Tapi ada informasi yang harus disampaikan ke publik, ada yang tidak perlu diketahui oleh orang banyak," pungkas Sutiyoso.
Kamis 14 Januari 2015, sekelompok orang bersenjata membom dan menembak secara beringas di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Sebanyak 7 orang tewas dalam teror itu, 5 di antaranya merupakan pelaku penembakan dan pengeboman tersebut. Sementara, 24 orang lainnya luka-luka.
ISIS telah mengklaim bertanggung jawab atas teror itu. Serangan di Thamrin, Jakarta Pusat diduga karena perebutan leader ISIS di wilayah Asia Tenggara.