Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia merosot di bawah US$ 28 per barel di awal pekan, dan angka itu merupakan level terendah sejak 2003. Pasar mengantisipasi kenaikan ekspor minyak Iran setelah pencabutan sanksi internasional.
Iran merupakan anggora Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyatakan meningkatkan produksi sebesar 500 ribu barel per hari.
Kekhawatiran terhadap tambahan pasokan minyak dari Iran membuat harga minyak dunia tertekan di awal pekan ini. Harga minyak Brent merosot 29 sen ke level US$ 28,64. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) merosot 48 sen menjadi US$ 28,94 per barel.
"Anda tak bisa mengatakan ini hal tak terduga, tapi sentimen Iran merupakan faktor tambahan mempengaruhi harga minyak. Ini menunjukkan kelebihan pasokan minyak global dan kekhawatiran permintaan dari China," ujar Analis TD Securities Bart Melek seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (19/1/2016).
Baca Juga
Advertisement
Dia menambahkan, harga minyak dapat kembali jatuh bila data ekonomi China termasuk pertumbuhan ekonomi dan penjualan ritel menunjukkan pelemahan. "Bila data ekonomi China melemah ini menambah tekanan ke harga minyak," ujar Melek.
Ada pun analis memperkirakan, ekspor minyak Iran sebesar 500 ribu barel per hari dalam jangka pendek realistis. Namun ada keraguan mengenai infrastruktur minyak Iran apakah mendukung untuk peningkatan dalam waktu dekat.
Dengan harga minyak semakin tertekan ini, negara produsen minyak atau OPEC memperkirakan pasokan minyak di luar organisasi akan turun 660 ribu barel per hari pada 2016 yang dipimpin Amerika Serikat (AS). (Ahm/Gdn)