Liputan6.com, Pekanbaru - Banjir di Kabupaten Kampar tak hanya merendam ribuan rumah warga dan menelan korban jiwa seorang bocah SD, M Rifal Afri. Bencana akibat luapan waduk PLTA Koto Panjang itu juga menghanyutkan ratusan keramba atau tambak ikan milik warga sekitar.
Total kerugian ditaksir mencapai miliaran rupiah karena kerugian per satu petani kira-kira Rp 200 juta. Kerugian tidak bisa dicegah karena warga tak bersiap akibat tidak adanya pemberitahuan dari pengelola PLTA sebelum pembukaan pintu air.
"Semua keramba dipastikan gagal panen karena ikan mati dan lepas dari jaring. Ada yang jaringnya naik, ada yang sobek. Pokoknya yang namanya ikan, enggak bisa dipanen lagi. Satu orang bisa merugi Rp 200 juta, di sini ada ratusan petani," kata Ihsan, seorang pengusaha keramba, di Koto Panjang, Selasa (19/1/2016).
Baca Juga
Advertisement
Sejumlah petani budidaya ikan dari Desa Merangin dan Pulau Terap, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar, tidak terima keramba mereka rusak. Mereka kesal karena keramba yang berisi ribuan ekor ikan budidaya hanyut terseret arus Sungai Kampar.
Petani menuduh pembukaan pintu Spillway waduk menyebabkan kecepatan arus Sungai Kampar meningkat drastis sehingga tali pengikat keramba putus lalu hanyut.
"Ini adalah kesalahan operator pintu waduk," ucap Ihsan lagi.
Petugas jaga menghadang massa di di pintu masuk areal waduk. Mereka hanya mengizinkan 3 orang perwakilan pengunjuk rasa untuk berdialog.
Dalam dialog itu terungkap permintaan ganti rugi para petani tambak kepada pengelola waduk. Pengelola berjanji akan menindaklanjuti tuntutan itu dalam 2 hari.
"Kalau enggak ada tindak lanjut, kami akan demo lagi. Bahkan, dengan jumlah yang lebih besar," Ihsan mengancam.