Liputan6.com, Jepara - Seorang anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) di Kabupaten Jepara menghilang. Awalnya, dia pamit pindah rumah ke Semarang. Hal itu dilakukannya sebulan lalu. Ternyata sampai kini tak ada kabar beritanya.
Ketika Liputan6.com mendatangi rumahnya di RT 07 RW 02 Desa Bendan Pete, Kecematan Nalumsari, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, tak ada tanda-tanda keberadaan pemuda bernama Nur Asik itu. Hanya sempat ditemui Sukanah, kakak ipar Nur Asik.
Namun awalnya, Sukanah menganggap biasa kepergian Nur.
Menurut dia, Nur Asik yang selama ini menumpang di rumahnya, berpamitan baik-baik kepada semua anggota keluarga. Bahkan, kepergian Nur disaksikan semua anggota keluarga, termasuk Sukanah.
"Kebetulan semua anggota keluarga ngumpul. Jadi semua tahu. Tapi memang tidak ada saudara yang mengantar ke rumah yang baru. Katanya tidak usah karena jauh," ujar Sunakah, di Jepara, Selasa (19/1/2016).
Pascapemberitaan kecurigaan banyak orang hilang karena diduga bergabung dengan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), Sukanah dan anggota keluarga lainnya mulai gelisah. Kegelisahannya makin menjadi karena nomor handphone yang biasa digunakan Nur Asik tidak bisa lagi dihubungi.
Baca Juga
Advertisement
"Alamat yang baru tidak tahu. Dulu pamitan hanya bilang pindah kerja ke Semarang," kata Sukanah.
Nur Asik sendiri dinilai sebagai sosok asik. Dia tekun bekerja dan rajin beribadah. Pergaulan di masyarakat juga baik. Salah satu buktinya, dia terpilih menjadi anggota Badan Perwakilan Desa.
Sementara itu, Kepala Desa Bendan Pete, Sunarto menyebutkan Nur Asik tak pernah mengurus surat pindah ke kantor desa. Sebelum menghilang, istri Nur Asik, Muntiah datang ke kantor Balai Desa mengurus surat akta kelahiran anaknya.
"Kalau sebelumnya mengurus surat pindah, mungkin kami tahu pindahnya ke mana. Tapi, menurut cerita dari warga, katanya pindah ke Semarang," Sunarto menjelaskan.
Dia menambahkan sosok bapak dari 3 anak itu aktif dalam kegiatan masyarakat. Namun, kepribadiannya tertutup. Jarang berkomunikasi dengan tetangga. Itu lantaran, setiap hari Nur Asik berangkat kerja pagi, kemudian pulang jelang tengah malam.
"Jika ada undangan rapat di desa atau acara hajatan warga selalu datang, tapi ya, tidak banyak bicara. Kalau tidak diajak bicara ya, tidak ngomong," ujar Sunarto.