Liputan6.com, Juuka - Sekelompok mahasiswa teknik mencoba membangun jembatan yang awalnya dirancang oleh Leonardo da Vinci sekitar 600 tahun lalu.
Dikutip dari History,com, Selasa (19/1/2016), Leonardo da Vinci mendapatkan permintaan dari Sultan Turki pada 1502. Ia diminta untuk merancang sebuah jembatan batu yang membentang di atas Golden Horn di Bosporus, sebelah barat Konstantinopel (sekarang bernama Istanbul).
Dengan bentangan hingga 240 meter, jembatan itu merupakan yang terpanjang di dunia seandainya jadi dibuat. Namun demikian, sang sultan menolak rancangan da Vinci.
Di akhir 2015, sekelompok mahasiswa dan sukarelawan di kota Juuka, Finlandia, menjajal untuk membuat model jembatan sesuai dengan gambar rancangan aslinya, tapi dengan menggunakan es sebagai bahan baku.
Baca Juga
Advertisement
Selama lebih dari 3 tahun, jurusan Built Environment di Eindhoven University of Technology (TU/e), Belanda, menggagas pembangunan kubah es terbesar di dunia dengan garis tengah sekitar 30 meter. Bangunan ini merujuk kepada bangunan katedral Sagrada Familia di Barcelona, Spanyol.
Pada akhir Desember 2015 lalu, tim di bawah pimpinan TU/e mulai mengerjakan jembatan es terpanjang sedunia di Kota Juuka di provinsi Karelia Utara, Finlandia bagian timur.
Ini bukanlah yang pertama kalinya para pelakon pembangunan modern mencoba mengerjakan rancangan ambisius da Vinci yang lokasinya sekarang ditempati oleh jembatan Galata di Bosporus. Pada 2001, kelompok bernama Proyek Jembatan Leonardo membangun jembatan kayu di Norwegia, juga dengan merujuk pada rancangan da Vinci.
Sementara itu, tim di Kota Juuka membangun model skala besar dari rancangan da Vinci menggunakan bahan yang dikenal sebagai pykrete -- suatu campuran air dengan kandungan 2% serat kertas. Serat itu bermanfaat untuk memperkuat es hingga 3 kali lipat dari es biasa dan 10 kali lebih pejal.
Jembatan es Juuka membentang 65 meter dengan lebar 5 meter. Bentangan bebasnya mencapai 35 meter. Dengan demikian ini menjadi jembatan es terpanjang yang pernah dibuat.
Untuk membangunnya, tim mahasiswa dan sukarelawan menyemprotkan campuran air lapis demi lapis di atas balon yang mengembang sebagai cetakan jembatannya. Setelah jembatannya cukup kuat, balonnya dilepaskan.
Menurut terbitan pers TU/e tentang proyek itu, jembatan tersebut "memiliki prinsip konstruksi yang sama dengan rancangan da Vinci, yaitu bahwa beban satu-satunya pada keseluruhan struktur adalah kompresinya".
Tim pembangunan jembatan bekerja dalam shift selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu, selama 7 minggu. Para mahasiswa tidak dapat berhenti sekali pun, karena peralatannya membeku dengan cepat. Suhu di Juuka pada akhir Desember lalu mencapai 11 derajat Celcius di bawah titik beku. Kondisi kerja saat itu memang 'ganas'.
Secara keseluruhan, ada sekitar 150 mahasiswa dan sukarelawan dari Belanda, Belgia, Inggris, Skotlandia, Portugal, Swiss, dan Finlandia yang terlibat dalam proyek. Jembatan ini diperkirakan rampung pada 13 Februari 2016.
Jembatan es Juuka diperuntukkan hanya bagi pejalan kaki, walaupun perancang konstruksinya sudah menghitung bahwa struktrur cukup kuat untuk menahan mobil 2 ton.
Upacara pembukaannya dilakukan sebagai bagian dari festival es di Juuka, dengan peragaan kekuatan jembatan menahan satu mobil berkendara melintasinya. Setelah jembatan es ini meleleh pada musim semi, sisa serat kertasnya akan dijadikan kompos.