Liputan6.com, Kayong Utara - Joko (48), koordinator eks Gafatar di Desa Sedahan, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, mengaku bingung akan tinggal di mana usai diusir warga. Warga memaksa mereka tidak lagi tinggal di desa tersebut.
"Kami menyerahkan keputusan kepada pemerintah, karena kami tidak tahu mau pindah ke mana lagi, karena sudah tidak punya apa-apa lagi," kata Joko saat dihubungi di Sukadana, seperti dilansir Antara, Selasa (19/1/2016).
Dia pindah dari Lampung ke Kayong Utara lantaran ingin mengembangkan pertanian di desa tersebut.
Modal yang diperolehnya dari menjual lahan dan harta bendanya di Lampung, sudah digunakan untuk pindah dan bercocok tanam di Desa Sedahan. Namun, saat ini, dia bingung mau ke mana dan menggunakan dana dari mana untuk pindah.
"Kami ikut apa keputusan Pak Kades saja," ujar Joko.
Sementara itu, di Kabupaten Mempawah, eks Gafatar juga membentuk kelompok tani yang diberi nama Pasir Sejahtera, tepatnya di Desa Pasir, Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Mempawah. Mereka datang sejak Juli 2015 dan membeli sejumlah lahan di desa tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Pada surat tertulis yang dikirim atas nama koordinator Kelompok Tani Pasir Sejahtera, Dwi Adiyanto, mereka telah melaksanakan berbagai tahapan untuk tinggal di sana, seperti perizinan, sosialisasi serta bersilaturahmi dengan warga dan pihak terkait.
Karena itu, dia mempertanyakan tuntutan warga agar mereka hengkang dari areal tersebut. Bagaimana kelanjutan hidup mereka kalau harus pindah? Sementara mereka tanpa pekerjaan, tabungan, rumah dan tanah pertanian untuk digarap.
Menurut dia, mereka sudah dalam kondisi yang sangat terbatas. Mereka hanya memiliki tanah yang dihuni saat ini.
Meski demikian, ada yang tidak percaya dengan ucapan mereka. Ketua RT 02 Desa Sedahan, Rony Pasya, salah satunya.
"Mustahil mereka tidak bermodal, buktinya mereka bisa meminjamkan uang ke warga di sini dan mereka mengolah lahan menggunakan eskavator, sehingga mustahil tidak bermodal," kata Rony.