Liputan6.com, Jakarta Peristiwa ledakan bom di kawasan Thamrin pada Kamis (14/1/2016) membuat sejumlah orang bereaksi terhadap aksi tidak manusiawi itu. Kejadian itu ramai dibicarakan di televisi, media sosial, dan situs-situs berita. Namun, sekejam apa pun tindakan yang dilakukan pelaku, orangtua tidak boleh mewariskan kebencian pada anak-anak. Orang tua juga tidak boleh mewariskan stereotype negatif.
"Salah bila orangtua terlalu melebih-lebihkan sesuatu. Tidak bijak juga kalau orangtua mengatakan bahwa Islam atau suatu agama begini-begini," kata dosen psikologi dari Universitas Indonesia, Nathanael EJ Sumampouw M, Psi dalam forum NGOBRAS di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (19/1/2016).
Baca Juga
Advertisement
Orangtua, kata dia, harus ingat bahwa kelak anak-anaknya akan berinteraksi dengan berbagai kelompok. Ketika anak didoktrin dengan hal-hal negatif, ia khawatir anak akan berpikiran aneh dan negatif saat berkumpul bersama orang lain.
"Seperti kejadian yang menimpa anak-anak di Maluku saat tragedi di tahun 2002. Lagu anak-anak di sana menjelek-jelekan suku sebelah. Itu membuat orang-orang di sana menjadi tidak utuh," kata Nathanael.
Seharusnya, Nathanael menjelaskan, ungkapkan juga bahwa banyak orang baik dari agama-agama itu. "Misalnya yang melakukan itu dari agama A. Sebagai orangtua, bisa mengungkapkan fakta lainnya bahwa agama A itu baik banget sama kita," kata dia menerangkan.