Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ingin menciptakan sekolah aman di Ibu Kota. Hal itu dilakukan untuk melahirkan generasi yang baik dan berkarakter.
Salah satu caranya, membuat sekolah aman dengan melibatkan tanggung jawab dari tenaga pendidik. Guru diharapkan mampu melindungi, mengayomi, dan mencerdaskan anak didiknya. Guru juga dituntut lebih peka terhadap apa yang dialami muridnya.
"Kita butuhkan guru atau kepala sekolah yang punya hati. Kalau enggak punya hati, enggak usah jadi guru lah, urus kuburan saja atau apa, banyaklah," ujar Ahok saat deklarasi Program Sekolah Aman Bencana di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (19/1/2016).
Menurut dia, guru harus bisa memahami kondisi psikologi murid-muridnya. Dia kemudian memberi contoh kasus murid yang hidup bersama ibu tirinya.
"Dulu ibu saya suka cerita, ada duda beranak yang kawin dengan seorang janda. Si ibu tiri pingin warisan. Lalu si anak dimasakin nasi goreng terus setiap hari," tutur Ahok.
Sang anak mengira apa yang dilakukan ibu tirinya itu lebih baik daripada ibu kandungnya. Sebab, apa saja yang dimintanya sering dituruti. Namun, ternyata ada dampak dari tindakan sang ibu tiri.
"Makin lama makin kuning mukanya --si anak-- karena makan gorengan terus. Di sekolah yang lama, ibu guru selalu memberi minum teh untuk menetralisir," ucap Ahok.
Baca Juga
Advertisement
Namun ketika pindah sekolah, murid tersebut tak mendapatkan perhatian dari gurunya yang baru. Tidak ada lagi teh untuk menetralisasi makanan berlemak. Bocah malang itupun meninggal dunia.
"Ini gurunya enggak bisa memperhatikan muridnya. Biasanya, justru sekolah mahal enggak memperhatikan anak," cerita Ahok.
Dari kisah tersebut menunjukkan peran guru sangat penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi anak. Guru harus peka mengawasi perilaku anak. Tawuran antarpelajar juga menjadi tanggung jawab guru.
Fasilitas mewah sekalipun tidak dapat memberi jaminan keamanan di sekolah jika tak ada guru yang peduli dan penuh tanggung jawab.
"Jadi saya katakan ke Pak Kadis (Pendidikan), guru yang enggak punya hati diberhentikan saja. Karena kita bawa satu generasi satu bangsa. Jangan sampai gara-gara sistem keamanan enggak bener, ada yang meninggal atau cacat. Padahal siapa tahu dia bisa jadi calon presiden," Ahok menjelaskan.