Mantan Anggota NII Ungkap Dilema Pengikut Gafatar

Sebagian besar pengikut Gafatar meninggalkan surat perpisahan untuk orangtua.

oleh Aris Andrianto diperbarui 20 Jan 2016, 12:02 WIB
Bahaya! 3 Daerah Bekasi Jadi Sasaran Organisasi Mirip Gafatar | via: kaskus.co.id

Liputan6.com, Purwokerto - Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan, meminta masyarakat untuk menerima kembali mantan anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

"Mereka hanya korban, bukan pelaku kejahatan," ujar Ken di Purwokerto, Selasa, 19 Januari 2016.

Ia mengatakan Gafatar merupakan hasil evolusi dari Lembaga Kerosulan, Isa Bugis, dan NII yang sebelumnya pernah dilarang oleh pemerintah. Mereka yang tergabung Gafatar, kata dia, bukan penjahat, meskipun sudah teradikalisasi secara pemikiran.

Ken khawatir mereka yang sudah teradikalisasi secara pemikiran dan tak puas dengan aktivitas Gafatar akhirnya pindah ke kelompok yang lebih ekstrem dan radikal.

"Ketika mereka sudah capai, akhirnya mereka pindah ke kelompok radikal ekstrem. Seperti bom, jadi banyak yang akhirnya nyeberang bukan insyaf, tapi nyeberangnya ke yang lebih tinggi levelnya. Ini yang kita khawatirkan," kata dia.

Selain itu, kata dia, keluarga sebagai orang terdekat jangan terlalu memaksakan mantan anggota Gafatar itu melakukan kegiatan seperti yang diinginkan pihak keluarga.

"Ada teman keluar karena dipaksa oleh keluarga yang melihat ini salah, tapi tidak diberikan solusi atau pencerahan. Sementara pikirannya masih di sana, dipaksa di rumah harus melakukan kegiatan seperti yang orangtua sebutkan. Akhirnya mereka depresi, stres dalam waktu yang lama hingga temen ada yang gila," ujar Ken.

Oleh karena itu, dia meminta masyarakat agar mantan anggota Gafatar yang kembali dirangkul dan diberikan pencerahan supaya mereka bisa kembali lagi ke masyarakat.

Ken yang juga mantan anggota NII ini beranggapan bahwa apa yang dilakukan oleh Gafatar merupakan hasil evolusi dari Lembaga Kerosulan, Isa Bugis, dan NII yang sebelumnya pernah dilarang oleh pemerintah.

Namun, kata dia ajaran Gafatar lebih lengkap. Sebab, semua konsep ajaran menjadi satu kesatuan dan dikompilasi menjadi satu, yaitu NII dan dikompilasi lagi dari Islam, Nasrani, dan Yahudi.

"Alasan mereka meninggalkan keluarga dan kehidupannya karena mereka hidup di dua dunia. Maksudnya, satu sisi mereka di dalam kelompok Gafatar, mereka harus menjaga rahasia, dan mereka harus menutup aurat. Tapi aurat itu bukan jilbab, tapi rahasia kelompok. Yang tahu hanya kelompoknya dan yang tahu hanya keluarganya," ujar dia.



Tak Tega dengan Orangtua


Ken mengungkapkan salah satu penyebab anggota Gafatar meninggalkan orangtua adalah karena mereka tak tega terus menerus membohongi keluarga. Sebab, mereka diwajibkan menjaga apa yang mereka sebut aurat. Aurat yang Gafatar maksud, kata Ken, adalah rahasia kelompok mereka.

"Seorang pelajar, seorang mahasiswa yang biasa pulang sore tiba-tiba pulang malam, ditanya oleh ibunya dari mana, dia jawab kumpul dengan teman. Sehari sampai seminggu bisa bilang begitu. Tapi dalam satu bulan berbohong pasti dia akan lelah dan kadang mereka tidak tega berbohong ke orangtua yang akhirnya memilih menyingkir dari rumah dan menghilang," ujar Ken.

 

Gabung dengan Gafatar, Pemuda Surabaya Hilang Sejak Agustus 2015 | via: liputan6.com

 
Kepergian anggota Gafatar, kata Ken, agar mereka tak berbohong lagi kepada orangtua. Karena itu, mereka yang pergi selalu membuat pesan kepada orangtua lewat sms atau surat yang berisikan agar keluarga tidak usah khawatir. Itu semua karena mobilitas mereka sangat tinggi, sehingga mereka menyingkir daripada harus berbohong.

"Rata-rata mereka membuat surat agar 'Ibu-Bapak tidak usah khawatir, saya baik-baik saja, di sini nyaman kok', hampir semua seperti itu," ujar Ken.


Kota Mandiri Gafatar

Menurut Ken, untuk mewujudkan kota mandiri mereka mempunyai hibah lahan 5.000 hektare di Kalimantan.

"Gafatar ini berkembang cukup besar. Bahkan mereka mendapatkan hibah tanah di Kalimantan itu sekitar 5.000 hektar yang direncanakan untuk 5.000 kepala keluarga yang mereka klaim sebagai kota mandiri," kata Ken.

Menurut dia, hibah lahan 5.000 hektar tersebut didapatkan dari kepala suku di Kalimantan. Bahkan lahan tersebut terus dikembangkan semakin luas.

 

Warga Mempawah, Kalimantan Barat, berusaha mengusir sekelompok warga mantan anggota Gafatar.

 
"Sekarang sudah ada daerah khusus. Jadi, misal orang dari Yogya, ya di situ semua orang dari Yogya. Dari Bandung, ya semua dari Bandung," ucap dia.

Dia menjelaskan, Gafatar sudah mempersiapkan segala sesuatunya sebagai respons atas kekecewaan terhadap pemerintah tersebut.

"Mereka kan orang-orang yang kecewa. Kecewa dengan hukum. Makanya, mereka sudah menyiapkan orang-orang hukum. Mereka kecewa dengan kesejahteraan, makanya sudah menyiapkan pola-pola kesejahteraan," ujar Ken.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya