Perlambatan Ekonomi China Jadi Berkah Buat PLN

Kondisi ini diyakini semakin menggeliatkan investasi perusahaan China di sektor pembangkit di Tanah Air.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 20 Jan 2016, 17:46 WIB
Kelima pembangkit tersebut yaitu PLTU Sumsel 8 2x600 MW, PLTU Sumsel 9 2x600 MW, PLTU Sumsel 10 1x600 MW, PLTU Batang 2x1.000 MW, dan PLTU Indramayu 1x1.000 MW. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Perlambatan ekonomi China akan menguntungkan PT PLN (Persero), khususnya untuk pembangunan proyek pembangkit listrik 35 ribu Megawatt (Mw) sampai lima tahun ke depan. Kondisi ini diyakini semakin menggeliatkan investasi perusahaan China di sektor pembangkit di Tanah Air.

Direktur Perencanaan Korporat PLN, Nicke Widyawati mengungkapkan, pasar China yang mengalami kelesuan, mendorong pemilik modal di China berbondong-bondong keluar mencari pasar potensial di negara berkembang, termasuk di Indonesia untuk berinvestasi.

"Tentu dampaknya bagus dong, investor asal China banyak masuk ke luar pasar China, termasuk Indonesia. Jadi makin agresif," kata Nicke di kantornya, Jakarta, Rabu (20/1/2016).

Alasan lain, tambahnya, investor China melakukan kegiatan penanaman modal di negara lain untuk mempertahankan pasarnya, ekspansi melebarkan sayap perusahaan, salah satunya berminat di sektor pembangkit listrik, yakni program 35 ribu Mw.

"Yang penting kualitas kita jaga. Kalau dapat harga murah dari mereka, ya kita senang. Subsidi turun, dan harga listrik turun. Kita perlu jaga kualitas," tegas Nicke.

Ia mengaku, selama setahun berjalan (2015), PLN mengklaim telah menyelesaikan kontrak Independent Power Producer (IPP) dan Engineering, Procurement and Construction (EPC) sebesar 17.331 Mw.

"Total jumlah kontrak IPP dan EPC yang sudah diselesaikan tahun lalu 17.331 Mw," katanya. 

Dari jumlah tersebut, diakui Nicke, investor atau perusahaan dari China mendominasi kontrak IPP dan EPC pembangkit listrik 35 ribu Mw di Indonesia dengan porsi 46 persen. Selanjutnya disusul Jepang dengan prosentase 30 persen, sedangkan sisanya partisipasi investor dari negara Korea, Turki, Amerika Serikat (AS), Malaysia dan dari Indonesia.

"Kita tentu milih BUMN atau perusahaan China yang besar, sehingga kredibilitasnya terjamin. Pemerintah China juga merekomendasikan perusahaan-perusahaan kredibel yang bisa ikut tender proyek ini, jadi memang sudah sangat selektif termasuk untuk pemenang tender," jelas Nicke. (Fik/Zul)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya