Liputan6.com, Raqqa - Harga minyak dunia yang jatuh, serangan bertubi-tubi yang dilancarkan pihak lawan, dan pengeluaran yang besar berpengaruh pada pundi-pundi uang ISIS.
Kelompok ISIS baru saja mengumumkan rencana mereka untuk memotong gaji anggota dan tentaranya, tak terkecuali legiun asing, karena krisis ekonomi mendera. Kondisi itu diperparah dengan perang yang makin gencar di kantong-kantong wilayah yang mereka kuasai.
Sebuah lembaga nirlaba kemanusiaan, Syrian Observatory for Human Rights melaporkan rencana itu. Lembaga itu beroperasi secara gerilya mendapatkan informasi terbaru dari bawah tanah mengenai ISIS.
"Karena ada hal-hal di luar dugaan yang dialami ISIS, kami dengan berat hati memotong gaji para tentara hingga setengahnya," tulis pernyataan yang diklaim dikeluarkan ISIS seperti dilansir dari The Guardian, Rabu (20/1/2016).
"Tak ada yang boleh menolak atas keputusan ini siapapun mereka, apapun rankingnya. Namun, distribusi makanan tetap disalurkan dua kali tiap bulannya seperti biasa," lanjut pernyataan itu.
Baca Juga
Advertisement
Kelompok ISIS secara sepihak telah mendeklarasikan kekalifahan di hampir seluruh wilayah Irak dan Suriah.
Menurut pemimpin Observatory, Rami Abdel Rahman, pemotongan gaji hingga setengah itu berarti para milisi hanya mendapatkan US$200 per bulan atau sekitar Rp 2,8 juta.
Adapun gaji tentara asing yang dibayar dua kali lipat dari orang Suriah, kini menerima US$ 400 atau Rp 5,6 juta tiap bulannya.
Kelompok ISIS mengklaim bahwa mereka telah beroperasi layaknya sebuah negara. Punya institusi pemerintah, rumah sakit dan sekolah -- yang tentu saja butuh dana untuk mengelolanya.
Krisis ekonomi ini dipicu dengan serangan udara koalisi AS dan Rusia yang membombardir kilang minyak ISIS.
Sementara itu, minggu lalu gudang duit yang disinyalir menyimpan jutaan dolar dari berbagai mata uang baru saja hancur dijatuhkan bom.
Bebaskan Tawanan
Akibat krisis ekonomi, kelompok kemanusiaan juga telah melaporkan bahwa ISIS telah membebaskan 270 tawanan dari 400 orang yang diculik akhir pekan lalu. Hampir sebagian besar wanita dan anak-anak dibebaskan saat ISIS menyerang kota Deor al-Zor.
Namun, mereka masih menahan 50 tahanan pria.
"Bagi mereka yang punya hubungan dengan rezim Bashir Al-Assad akan dihukum dan mereka yang tidak, diwajibkan untuk menjadi anggotanya," kata Rami lagi.
Kendati dibebaskan, mereka tetap berada di desa-desa yang dikuasai ISIS di Provinsi Deir al-Zor itu.