Liputan6.com, Jakarta - Pemukiman kelompok Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Desa Moton, kecamatan Mempawah Timur, Kalimantan Barat diserang ribuan warga hingga mengakibatkan 10 rumah yang dihuni 700 anggota Gafatar hangus.
Menanggapi aksi massa itu, Kepala Divisi Humas Polri Irjen anton Charliyan menilai hal tersebut merupakan bentuk keresahan warga terhadap kelompok Gafatar. Mengingat banyaknya kasus orang hilang terkait kelompok tersebut.
"Pembakaran itu merupakan sikap masyarakat, masyarakat sadar bahwa Gafatar itu menyimpang. Saya berterimakasih atas adanya kesadaran masyarakat untuk menolak gerakan yang berbau teroris dan radikal. Karena gerakan ini berkedok di balik agama," kata Anton di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Rabu (20/1/2016).
Baca Juga
Advertisement
Namun begitu, Anton menyayangkan sikap para warga yang main hakim sendiri menolak keberadaan Gafatar. Menurut dia, seharusnya para warga tidak berbuat anarkis.
"Kami imbau penolakan-penolakan terhadap gerakan radikal jangan kekerasan dilawan dengan kekerasan. Masyarakat harus menahan diri, laporkan saja ke polisi, percayakan pada kami," ucap Anton.
Saat ini, terang Anton, pihaknya sudah menerjunkan anggota kepolisian untuk mengamankan lokasi. Ia pun berharap, warga sekitar dapat menyelesaikan kasus tersebut dengan cara-cara persuasif.
"Anggota di lapangan sudah melakukan penebalan. Saat ini masih diupayakan mediasi karena mereka (eks Gafatar) tidak mau dipindah. Akan dicari penyelesaian terbaik bagaimana," terang Anton.