Liputan6.com, Jakarta - Geliat Gunung Egon di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur meningkat. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pun meningkatkan status menjadi siaga (level III). Masyarakat dan wisatawan dilarang mendekati kawah dan tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 kilometer dari kawah puncak Gunung Egon.
"Akses menuju ke lokasi tempat pengungsi di Kecamatan Mapitara untuk sementara ditutup oleh Bupati Sikka. Karena di sekitar arah menuju wilayah tersebut sudah tercemar gas beracun," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan persnya di Jakarta, Kamis (21/1/2016).
Penduduk yang bermukim di radius 3 kilometer berjumlah 1.437 jiwa atau 287 KK. Mereka tersebar di Dusun Lere, Welin Watut, dan Baokrenget, Kecamatan Mapitara, Kabupaten Sikka. Namun, hingga saat ini baru 927 jiwa atau 206 KK yang tinggal di dalam radius 3 kilometer yang telah diungsikan ke tempat yang lebih aman. Sementara itu 501 jiwa atau 81 KK masyarakat belum bersedia diungsikan.
Baca Juga
Advertisement
Dari 927 jiwa pengungsi saat ini ditempatkan di 2 tempat pengungsian. Sebanyak 432 jiwa atau 90 KK diungsikan di Kantor Kecamatan Mapitara. Mereka berasal dari Dusun Welin Watut sebanyak 220 jiwa dan Dusun Baokrenget sebanyak 212 jiwa.
Sedangkan di pos pengungsian pasar Natakoli berjumlah 496 jiwa yang berasal dari Dusun Lere sebanyak 496 jiwa dan Dusun Baokrenget sebanyak 56 jiwa.
Sementara itu kondisi Gunung Egon, terlihat asap kawah putih tipis setinggi 25-50 meter. Gunung itu membuat gempa tektonik sebanyak 3 kali dan 1 kali gempa vulkanik dengan amplitudo maksimum 3-5 mm.
Bupati Sikka telah menetapkan status siaga darurat selama 14 hari sejak 13 hingga 26 Januari 2016. BPBD telah mendistribusikan bantuan logistik dan peralatan berupa beras, mie instan, air mineral, gula pasir, air mineral, kasur lipat, dan terpal. Selain itu, sebanyak 2.000 lembar masker juga dibagikan kepada masyarakat.
"Kebutuhan mendesak saat ini adalah makanan, air bersih, tenda pengungsi, MCK, tenaga medis," ujar Sutopo.