Liputan6.com, Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal/BKPM menyatakan, realisasi industri untuk sektor padat karya kurang begitu baik pada 2015.
Untuk industri makanan turun 18,4 persen dari Rp 53,4 triliun tahun 2014 menjadi Rp 43,5 triliun pada 2015. Kemudian industri barang kulit dan sepatu turun 14,6 persen dari Rp 2,4 triliun menjadi Rp 2 triliun.
Advertisement
Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan, hal tersebut karena disebabkan oleh masalah lahan. Lantaran investor menjumpai harga lahan yang relatif tinggi.
"Pertama menyangkut lahan beberapa industri padat karya terkendala lahan. Bukan tidak ada, industri butuh harga miring artinya sebagian tidak masuk kawasan industri," kata dia Jakarta, Kamis (21/1/2016).
Kemudian, investor kesulitan mencari tenaga kerja. Hal ini disebabkan investor melirik daerah di kawasan tengah Indonesia.
"Kedua menyangkut tenaga kerja dalam 2015 ternyata karena pergeseran dari barat ke tengah. Beberapa investor sulit mendapat tenaga kerja, jadi ini dua pekerjaan rumah kami harus selesaikan 2016, tenaga kerja dan lahan," jelas dia.
Meski begitu, dia bilang minat investasi untuk sektor padat karya relatif tinggi. Dia mencatat izin prinsip yang masuk mencapai Rp 214 triliun.
Franky mengatakan, hal itu disebabkan karena kebijakan mengenai formula pengupahan. Itu memberikan kepastian kepada investor untuk merencanakan bisnisnya.
"Jaminan keamanan kami monitor Oktober-Desember biasanya peningkatan angka demo sejak Agustus atau September dan November paling tinggi soalnya penentuan upah. Tahun 2015 relatif terkendali biasanya Batam panjang," tandas dia. (Amd/Ahm)