Liputan6.com, Jakarta - Bicara soal kemacetan, sebagian dari kita mungkin pernah mendengar bahwa Jakarta dinyatakan sebagai kota paling macet di dunia. Hal ini didasarkan pada survei yang dilakukan oleh Castrol. Merujuk pada survei itu, Jakarta duduk di posisi pertama kota dengan lalu lintas terpadat di antara 77 negara lainnya di survei tersebut.
Selain itu, data Badan Pusat Statistik tahun 2015 menunjukkan jumlah kendaraan umum hanya berjumlah kurang dari 1 persen dari total kendaraan yang ada di Jakarta.
Ya, hanya ada 68.537 kendaraan umum, sedangkan sepeda motor dan mobil pribadi berjumlah masing-masing 13.084.372 dan 3.226.009.
Baca Juga
Advertisement
Mengapa demikian? Salah satu alasan mengapa masyarakat menggunakan kendaraan pribadi dalam kesehariannya adalah ketidaknyamanan dalam menggunakan kendaraan umum.
Untuk itulah, TemanJalan ingin turut serta dalam usaha mengurangi kemacetan dan menargetkan diri sebagai top of mind dalam commuting.
Secara sederhana, TemanJalan mempertemukan pengguna dengan teman seperjalanan dalam sebuah platform berbagi kendaraan.
Konsep ini mungkin terdengar tidak asing, tapi di sini, TemanJalan menawarkan beberapa perbedaan. Lebih lengkapnya, simak wawancara eksklusif kami berikut ini dengan Fauzan Helmi Sudaryanto, CEO TemanJalan.
1. Permasalahan apa yang terutama ingin dipecahkan TemanJalan?
Kami ingin membuat perjalanan commuting harian mahasiswa menjadi lebih murah dan menyenangkan.
Di jalanan Jakarta kita bisa lihat banyak mobil atau motor yang hanya dikendarai oleh satu orang. Di parkiran-parkiran kampus juga kita bisa lihat terlalu banyak mahasiswa yang berkendara sendirian.
Padahal mungkin banget di antara mereka ada yang searah dan sebenarnya bisa menumpang teman satu kampusnya untuk berangkat atau pulang berkegiatan.
Sederhananya, berbagi tumpangan = more friends = more happiness = less vehicle = less pollution.
Kami berusaha mengumpulkan para pengendara yang memiliki kursi kosong di kendaraan dengan para penumpang yang membutuhkan tumpangan untuk sampai ke tujuan. Hanya dengan menggunakan aplikasi, TemanJalan akan mempertemukan pengguna yang searah untuk jalan bareng.
2. Bagaimana solusi atas permasalahan itu muncul untuk pertama kali?
Dulu saat masih kuliah, saya sering melihat mahasiswa yang harus jalan kaki atau naik ojek untuk sampai ke kampus. Padahal gak jauh beda dari lokasinya, ada teman satu kampus yang berangkat juga naik motor dan sendirian. Keduanya bisa saling "berbagi" (sharing economy): penumpang mungkin bisa nebeng temannya dengan biaya lebih murah dari ojek, dan pengendaranya bisa dapat "sesuatu" dari penumpang. Jadilah cikal bakal konsep TemanJalan sekarang.
3. Apa yang membedakan TemanJalan dengan layanan serupa yang sudah ada, sehingga orang-orang mau menggunakan TemanJalan?
Ada 3 hal yang menjadi kekuatan TemanJalan.
Pertama, fokus kami adalah market mahasiswa. Pengendara dan penumpang adalah sesama mahasiswa.
Kedua, kami memiliki sistem verifikasi pengguna melalui kartu tanda mahasiswa (KTM). Verifikasi ini benar-benar dilakukan secara manual untuk memastikan keamanan dan kenyamanan komunitas di TemanJalan.
Ketiga, TemanJalan menggunakan koin virtual untuk bertransaksi--semacam Go-Pay di Go-Jek. Jadi, gak ada rasa awkward saat kita kasih imbalan uang ke teman yang baru dikenal. Setelah trip selesai, mereka bisa langsung melanjutkan aktivitas masing-masing tanpa harus repot-repot mengeluarkan dompet dan melakukan pembayaran.
4. Pendaftaran menjadi pengguna TemanJalan melalui proses verifikasi KTM. Kenapa harus KTM, tidak cukup alamat email dan nomor ponsel saja?
Email dan nomor ponsel bisa dimiliki oleh siapa saja dan dibuat dengan mudah. Namun KTM bersifat unik untuk setiap mahasiswa dan lebih susah untuk dipalsukan. Di KTM juga terdapat Nomor Induk Mahasiswa yang dapat digunakan untuk memeriksa apakah satu KTM telah digunakan berkali-kali atau tidak.
TemanJalan Ingin Jadi Top of Mind untuk Commuting
5. Layanan seperti GrabCar, Uber, dan Go-Car termasuk layanan yang baru saja diatur di dalam Peraturan Menteri Perhubungan. Menurut kamu dan tim kamu, apa layanan TemanJalan "aman" dari peraturan tersebut?
Saya kira ini masih di area abu-abu karena pada dasarnya, di platform kami tidak ada transaksi rupiah; bahkan kalau mau, pengendara bisa kasih tumpangan secara gratis ke penumpang. Semua pengguna di TemanJalan adalah "setara" karena semuanya adalah mahasiswa–-kami tidak memiliki pihak yang dipekerjakan secara khusus untuk melayani pengantaran penumpang. Masa, nebeng teman kampus sendiri melanggar aturan?
6. Bisa dijelaskan secara umum, bagaimana cara kerja sistem pembayaran koin virtual?
Basically penumpang bisa menggunakan koin virtual untuk keperluan menumpang bareng teman-teman pengendara. Koin bisa didapatkan secara gratis saat melakukan verifikasi kartu identitas dan dari referral link--mengajak teman untuk daftar TemanJalan. Kalau gak mau gratisan, pengguna juga bisa top up koin virtual dengan melakukan transfer bank ke rekening TemanJalan.
Koin ini yang kemudian akan ditransfer kepada pengendara setelah tumpangan berhasil dilakukan--tarif tergantung jaraknya. Nantinya, pengendara bisa mengumpulkan koin virtual ini dan menukarnya dengan rewards menarik. Hal yang paling penting untuk digarisbawahi adalah bahwa koin tidak bisa di-cash out karena saya tidak mau menjadikan TemanJalan sebagai lahan untuk menunjang kebutuhan ekonomi pengguna. TemanJalan is place to get new friends, not money.
7. Sudah ada berapa pihak/merchant yang dilibatkan untuk penukaran koin dengan rewards?
Saat ini kita punya 18 macam rewards, mulai dari pulsa, voucher bensin, makanan di kantin kampus, hingga virtual currency lain seperti stiker LINE dan voucher untuk Steam. Semua rewards sebisa mungkin kami sesuaikan dengan kebutuhan sehari-hari dan entertainment target pasar mahasiswa.
8. Milestone apa saja yang sudah diraih?
Milestone terakhir yang kami accomplish adalah jumlah member yang melewati 10.000. Saat artikel ini dibuat, jumlah member sudah 12.700.
10. Bagaimana TemanJalan menjamin keamanan pengguna?
Mahasiswa yang ingin mendaftar harus melakukan verifikasi menggunakan KTM, sehingga profil yang didaftarkan pasti valid. Selain itu, ada juga sistem rating dan testimoni dari mahasiswa lain yang dapat membantu meningkatkan trust antarpengguna.
Sebagai C2C carpooling marketplace, kami gak bisa menjamin platform kami 100 persen aman. Namun kami terus memerhatikan keamanan pengguna dan mengurangi risiko-risiko yang mungkin bisa terjadi lagi.
11. Apa target jangka pendek TemanJalan?
Jadi top of mind mahasiswa di Jakarta untuk melakukan commuting.
12. Apa target jangka panjang TemanJalan?
Jadi top of mind pekerja di Indonesia yang melakukan commuting.
(Why/Isk)
Advertisement