Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah meminta masyarakat untuk tidak memusuhi pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang ingin kembali ke daerah asalnya masing-masing. Masyarakat diminta untuk membantu mereka yang kemungkinan menjadi korban aliran menyimpang Gafatar.
"Pemerintah membantu mereka untuk kembali ke masyarakat. Jangan dimusuhi. Harus dibantu," ujar Deputi Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Agus Sartono, di Gedung Kementerian PMK, Jakarta, Jumat (22/1/2016).
Agus mengatakan, mantan pengikut Gafatar yang sudah berada di lokasi penampungan di Pembekalan Angkutan Daerah Militer (Bekangdam) XII/Tanjungpura, Kalimantan Barat, akan dikembalikan ke daerah asal. Jika ada pemikiran mereka yang keliru, harus diluruskan.
"Kami tidak akan membiarkan penolakan masyarakat kemudian menjadi masalah baru," ucap Agus.
Agus mengatakan, mantan pengikut Gafatar adalah warga negara yang menjadi korban. Masing-masing kementerian terkait pun akan turut membantu mereka.
Kementerian Sosial, kata Agus, menangani dan memastikan mereka akan mendapatkan akses kebutuhan dasar. Sedangkan Kementerian Dalam Negeri berkoordinasi dengan pemerintahan setempat untuk menyambut.
"Polri akan memastikan jika kondisi kondusif. Kemendikbud akan pastikan mereka mendapatkan akses pendidikan, dan Kementerian Agama akan memasukkan ke pesantren," Agus menandaskan.
Baca Juga
Advertisement
Ratusan orang yang mengaku mantan anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Desa Moton, Kecamatan Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat terusir, lantaran permukiman mereka dibakar warga, Selasa 19 Januari lalu.
Warga menolak keberadaan mereka lantaran banyaknya orang yang hilang di berbagai daerah, yang terkait organisasi tersebut. Mereka pun ditampung di pengungsian untuk dipulangkan ke daerah asal.
Hingga Rabu, 20 Januari 2016, jumlah pengikut Gafatar yang berada di tempat pengungsian 1.529 jiwa. Mereka terbagi dalam 2 tempat. Pertama di kamp Bekangdam XII /Tanjungpura, berjumlah 1.119 jiwa atau 318 kepala keluarga. Terdiri atas laki-laki 370 orang, perempuan 312 orang, dan anak-anak 437 orang. Kedua di kamp Kabupaten Kuburaya, berjumlah 410 jiwa atau 112 kepala keluarga.
Dikutip dari keterangan tertulis Kadispenal TNI AL yang diterima Liputan6.com, Kamis 21 Januari 2016, para pengikut Gafatar itu rencananya akan dikembalikan ke daerah asal mereka, yakni Jawa Tengah, dengan menggunakan KRI Teluk Bone.
Jika jumlah pengungsi yang akan dievakuasi ke Jawa Tengah terus melonjak, TNI AL akan menyiapkan kapal pengangkut lainnya, yakni KRI Teluk Gilimanuk.