Liputan6.com, Jakarta - Letusan senjata api seketika mengejutkan warga Jalan Bima, RT 12/05, Kelurahan Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat, sekitar pukul 15.40 WIB. Sore yang ramah mendadak mencekam.
Sekelompok polisi menyangkong senapan dan pistol bersiaga di jalanan. Sasarannya adalah sebuah rumah bernomor dinding 4. Warga yang dekat dengan lokasi pengepungan aparat dievakuasi guna menghindari salah sasaran muntahan peluru. Adapun aparat yang diterjunkan dalam pengepungan tersebut berasal dari Polres Metro Jakarta Pusat dan Brimob Polda Metro Jaya.
Kepala Polres Jakarta Pusat Komisaris Besar Hendro Pandowo turun lansung ke lokasi penggerebekan. Lengkap dengan helm pelindung dan rompi antipeluru.
Diyakini di dalam rumah yang dikepung tersebut bersembunyi pelaku pengeroyokan terhadap sejumlah aparat kepolisian yang tengah melakukan penyelidikan dan penyidikan kejahatan narkotika, Senin 18 Januari 2016, di kawasan Berlan, Matraman, Jakarta Timur.
Pelaku yang bersembunyi itu diidentifikasi bernama Rico. Salah satu pelaku yang membacokan goloknya ke arah seorang perwira pertama Polse Metro Senen, Inspektur Satu Prabowo. Menolak ditangkap, Rico mengarahkan pistol yang diduga hasil rampasan saat mengeroyok anggota kepolisian.
"Pukul 17.25 WIB saudara Rico dapat dilumpuhkan oleh aparat kepolisian/meninggal," ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar M Iqbal dalam keterangan tertulis yang diterima melalui pesan singkat, Jumat (22/1/2016).
Malam sebelumnya, aparat gabungan dari Polda Metro Jaya dan Polres Metro Jakarta Timur menembak mati Priyooza Wijaya (39). Polisi beralasan, tersangka yang dikenal dengan nama Ade Badak tersebut melawan saat aparat hendak menangkapnya.
3 Peluru Menembus Dada Ade Badak
Polisi meyakini Ade Badak yang tewas ditembak aparat Kamis 21 Januari 2016 sekitar pukul 23.00 WIB, di bilangan Cawang, Jakarta Timur, adalah otak di balik pengeroyokan sejumlah aparat kepolisian.
Warga Jati Makmur, RT 03/02 No. 6 Kelurahan Jati Makmur, Pondok Gede, Bekasi, ini memimpin penyerangan kepada Iptu Prabowo dan membacok Bripka Taufik Hidayat. Dia juga memberi perintah kepada belasan orang untuk menghadang petugas yang menggerebek sebuah rumah bandar narkoba.
Dalam penggerebekan itu, Bripka Taufik yang panik karena dikeroyok belasan orang bersenjata parang, nekat terjun ke Sungai Ciliwung. Dia gugur dalam tugasnya. Jasadnya baru ditemukan keesokan harinya di Kali Banjir Barat, di dekat Dipo Lokomotif, Jati Baru, Tanah Abang.
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Metro Jakarta Timur, Ajun Komisaris Besar Nasriadi mengatakan, pihaknya sudah melakukan upaya persuasif dalam penangkapan Ade Badak.
Tambakan peringatan sebanyak tiga kali membuat Ade Badak tidak bergeming. Dia tetap melawan aparat dengan senjata tajam.
"Pelaku tetap menyerang petugas walau diberi tembakan peringatan. Petugas terpaksa menembakan tiga peluru ke bagian dada pelaku," ujar Nasriadi.
Ade Badak seketika tumbang. 3 peluru yang dimuntahkan aparat mengenai dadanya. Jasadnya langsung dievakuasi petugas.
Direktur Reserse Kriminal Umum Komisaris Besar Khrisna Murti yang mendatangi ruang jenazah Rumah Sakit Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, Jumat 22 Januari 2016, sekitar pukul 00.30 WIB, membenarkan pelaku yang ditembak mati aparat adalah Ade Badak.
"Dirkrimum menyatakan jenazah merupakan pelaku utama yang membacok almarhum Taufik Hidayat," terang Nasriadi.
Polisi punya alasan kuat menyebut Ade Badak sebagai biang pengeroyokan anggota polisi. Direktur Reserse Narkoba Komisaris Besar Eko Daniyanto mengatakan, dari beberapa hasil keterangan saksi mahkota, menyebut Ade Badak sebagai orang yang memberi komando pengeroyokan.
"Hasil keterangan saksi kunci, Ade Badak yang saat itu memegang golok saat Iptu Heriadi Prabowo menahan mereka yang mau masuk ke rumah Mami Yola," kata Eko.
"Nah, ketika ada sambitan-sambitan, Prabowo menghindar. Di situlah Ade Badak menghujamkan golok ke Iptu Prabowo. Kemudian diikuti 3 sampai 4 tersangka yang menggunakan samurai, belati, dan celurit yang saat ini masih kami kejar," imbuhnya.
Kejar Pelaku Hingga ke Lubang Semut
Direktur Reserse Kriminal Umum Komisaris Besar Khrisna Murti menegaskan, pihaknya tidak akan berhenti pasca tewasnya dua otak yang mengeroyok anggota polisi.
Polisi, kata Khrisna, hanya memberi dua pilihan kepada pengeroyok, yaitu menyerahkan diri atau memilih ditindak tegas.
"Yang lain akan kami kejar sampai lubang semut mana pun," tegas perwira menengah yang pernah berdinas di Markas PBB di New York ini.
Ada 11 anggota Ade Badak yang diburu kepolisian. Berdasarkan infomasi yang diterima pihak kepolisian, mereka kerap membawa senjata tajam, airsoft gun, bahkan senjata api.
"Masih ada 11 orang lagi (pengeroyok yang belum tertangkap), diantaranya 4 pelaku membawa senjata api, airsoft gun," ujar Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Komisaris Besar Eko Daniyanto.
Senjata api yang diduga dipegang salah seorang pelaku, beber Eko, diyakini milik Iptu Prabowo yang dikeroyok para pelaku. "Karena 1 senjata api milik Iptu Prabowo masih dipegang oleh inisial M (pelaku)," kata Eko.
Serangan balik anak buah Mami Yola terhadap aparat kepolisian membuat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok Geram. Tidak tanggung, Ahok mengancam akan menggusur seluruh warga yang saat ini bermukim di kawasan yang dikenal 'beling' tersebut.
Namun, penggusuran tentunya menunggu kesiapan rusun sebagai pengganti rumah yang sudah diambil paksa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
"Yang enggak terlibat saja kita akan gusur, apalagi yang terlibat begitu ya," kata Ahok di Balai Kota, Jakarta, Jumat 22 Januari 2016.
Pasca penggerebekan yang menelan korban jiwa Senin 19 Januari 2016, Ahok mengaku sudah meminta Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian untuk meningkatkan operasi di Kompleks Berlan. Bila perlu dengan kekuatan penuh. Sehingga tidak ada lagi kampung di Jakarta yang menjadi sarang narkoba.
"Kalau sudah berani lawan petugas, ya sudah harus operasi yang penuh," kata Ahok.
Advertisement