Rusia Bantah Minta Presiden Suriah Bashar al-Assad Lengser

Kepala agen mata-mata, Jenderal Igor Sergun, meninggal dunia beberapa pekan setelah pertemuan dengan Bashar al-Assad.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 23 Jan 2016, 11:41 WIB
Presiden Suriah Bashar al-Assad (Telegraph.co.uk)

Liputan6.com, Moskow - Kabar mengejutkan beredar soal Rusia dan sekutunya, rezim Suriah. Presiden Vladimir Putin dikabarkan mengirimkan utusan khusus ke negara yang dilanda konflik itu. Tujuannya adalah untuk meminta Presiden Bashar al-Assad mundur.

Sumber pejabat Barat mengatakan Putin memilih Jenderal Igor Sergun, direktur badan intelijen militer (GRU), sebagai pembawa pesan.

Kepada Financial Times, para sumber menyebut sang jenderal berusaha meyakinkan Bashar al-Assad agar lengser di Damaskus tahun lalu.

Namun, saat bertemu, Assad berkukuh tetap berkuasa. Ia tak sudi mundur.

Sejumlah pihak menilai kemunduran Assad adalah syarat utama menghentikan perang saudara di Suriah sekaligus menghentikan angkara ISIS. Amerika Serikat dan sekutunya hanya menerima presiden tersebut duduk di kursinya selama periode transisi, bukan jangka panjang.

 



Beberapa pekan setelah pertemuan tersebut, Jenderal Sergun meninggal dunia pada 3 Januari 2016. Tak jelas apa yang menyebabkannya tutup usia pada usia 58 tahun. Sejumlah laporan menyebut ia meninggal dunia di Beirut.

"Salah satu penyebab kematiannya adalah kelelahan. Ia bekerja terlampau keras, kurang tidur, dan 'gejala-gejala' yang bisa menyertai posisinya itu," demikian kata sumber Rusia kepada LifeNews.

Kabar tersebut bertolak belakang dengan tindakan Rusia yang melakukan intervensi di Suriah September lalu dengan melancarkan ratusan serangan ke pihak pemberontak, khususnya di sekitar Aleppo dan di dekat Deraa. Semua dilakukan untuk menyelamatkan rezim Bashar al-Assad.

Moskow pun mengeluarkan bantahan. "Bukan seperti itu yang terjadi," kata juru bicara Presiden Vladimir Putin, Dmitry Peskov, saat ditanya soal misi Jenderal Sergun ke Suriah, seperti dikutip dari Guardian, Sabtu (23/1/2016).

November lalu, mantan Dubes Uni Soviet untuk Suriah Alexander Aksenyonok menduga Assad tak bakal bertahan.

"Jika Assad berpikir ia bisa melawan teror tanpa memulai sebuah proses politik di Suriah, ia salah besar," kata dia. "Proses tersebut harus berjalan secara paralel."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya