Tawa Riang Bocah Warnai Tenda Penampungan Eks Gafatar di Surabaya

Keriangan bocah ini kontras dengan suasana penuh kelelahan yang terlihat dari wajah ratusan eks anggota Gafatar asal Jawa Timur.

oleh Eka HakimAhmad Yusran Dhimas Prasaja diperbarui 24 Jan 2016, 01:10 WIB
Salah satu bocah yang dipulangkan bersama orangtuanya, eks anggota Gafatar, dari Kalimantan Barat, ditampung di Asrama Transito, Surabaya, Jawa Timur. (Liputan6.com/Dhimas Prasaja)

Liputan6.com, Surabaya - Bocah balita berkaus dan celana warna kuning itu tampak riang. Sesekali ia bercanda dengan bocah sebayanya dan kemudian berlari kecil di salah satu dari 4 tenda penampungan yang berdiri di halaman Asrama Transito Kantor Dinas Transmigrasi dan Kependudukan Jawa Timur.

Keriangan bocah ini kontras dengan suasana penuh kelelahan yang terlihat dari wajah ratusan eks anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) asal Jawa Timur yang dipulangkan dari Kalimantan Barat. Mereka baru tiba di Asrama Transito yang terletak di Jalan Margorejo No 74, Kota Surabaya, Sabtu pagi 23 Januari 2016.

Wajah bercampur lelah pun terpancar dari Suharijono. Pria berusia 55 tahun ini adalah ayah dari Erri Indra Kausar, mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang dinyatakan bergabung dengan Gafatar setelah dinyatakan hilang sejak 17 Agustus 2015.

Saat ditemui Liputan6.com di halaman aula Asrama Transito, Surabaya, Sabtu 23 Januari 2016, Suharijono mengaku masih berupaya mencari putra keduanya tersebut. Ia berbekal secarik kertas daftar nama 315 warga Jawa Timur yang bergabung dengan Gafatar.

"Jika memang hari ini saya tak menemukan anak saya, setelah saya meminta bantuan kepada aparat dan juga wagub saya akan optimalkan diri saya mencarinya sendiri," tutur warga Kompleks Perumahan TNI AL, Kenjeran, Surabaya itu.

Selain itu, Suharijono akan memulihkan akidah putranya tersebut.

"Saya akan lakukan pemulihan akidah dahulu dan itu butuh waktu lama dengan cara memanggil orang yang pakar di bidang akidah Islam sekaligus di bidang kejiwaan," ujar dia dengan menahan haru dengan sorot matanya berkaca-kaca sesekali menahan napas panjang.

Suharijono menambahkan, putra keduanya ini juga menyimpan buku panduan Gafatar yang berisi katanya dilarang berzina, membunuh tanpa hak, tidak boleh berdusta. "Tapi menurut saya banyak yang berdusta termasuk anak saya juga."

Pria berambut putih ini mengatakan bahwa putra keduanya ini terakhir berada di Kima, Kawasan Industri Makassar, Sulawesi Selatan. Namun berdasarkan track sinyal handphone, sang anak berada di Pontianak.

Sejauh ini, belum ada laporan mengenai keberadaan Erri. "Kemungkinan dia (Erri) sudah ada di Malaysia Timur, karena anak saya sudah pengalaman nyebrang ke Malaysia, Kuala Lumpur," beber Suharijono.

Sementara itu Gubernur Soekarwo saat tiba di Asrama Transito Jawa Timur, Jl. Margorejo 74 mengunjungi Aula dan menemui ratusan warga eks anggota Gafatar. Ia pun menyampaikan agar mereka tetap tenang dan tabah.

Usai memberikan arahan dan sambutannya, Gubernur yang akrab disapa Pakdhe Karwo ini meninjau posko kesehatan yang berada di sisi utara aula. Ia kemudian ke aula yang sudah disiapkan tempat tidur berkasur busa.


Masjid Jadi Penampungan

Sama dengan sikap yang diambil pemerintah daerah lainnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar, Sulawesi Selatan menyiapkan masjid sebagai sarana pembinaan bagi warga Kota Daeng yang sebelumnya tergabung dalam kelompok Gafatar.

Terutama, mengembalikan mental para mantan anggota Gafatar sebelum kembali ke tengah masyarakat.

"Bagi yang sudah dipulangkan kita akan lakukan pembinaan di masjid-masjid yang ada dengan didampingi ulama, ketua RT/RW, lurah hingga camat untuk mendampingi selama proses pembinaan berlangsung," kata Wali Kota Moh Romdhan Pomanto melalui pesan singkatnya ke Liputan6.com, Sabtu 23 Januari 2016.

Menurut Wali Kota yang akrab disapa dengan Danny itu, dalam proses pembinaan nantinya, para warga eks Gafatar akan diberi siraman rohani untuk kembali kepada jalan agama yang semestinya. Serta, ke depannya tak mudah terpengaruh lagi dengan gampang ketika ada sekelompok yang mirip untuk mengajaknya bergabung.

Sebelumnya, organisasi Gafatar resmi terdaftar di Kesbangpol Kota Makassar pada tahun 2010. Namun, setelah banyaknya kabar berita jika organisasi tersebut diduga telah melenceng dari akidah dan ajaran agama, maka perpanjangan legalitas Gafatar di Makassar sudah diputihkan alias tak diperpanjang lagi.

"Tahun 2010 memang terdaftar di Kesbangpol Makassar, tapi sekarang sudah habis masa aktifnya dan tak akan diperpanjang lagi atau telah diputihkan datanya," ujar Kepala Kesbangpol Makassar AH Gippyng Lantara melalui pesan singkatnya.

Dijemput Keluarga

Sementara itu 2 kepala keluarga asal Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, berhasil dipulangkan ke kampung halaman. Mereka termasuk 7 warga Maros yang sempat hilang dari kalangan keluarganya. Belakangan diketahui, mereka telah bergabung dengan Gafatar di Kalimantan.

Mereka tiba di Bandara Sultan Hasanuddin, Sabtu 23 Januari 2016 sekitar pukul 08.30 Wita dengan pesawat Lion Air JT 661 dari Bandara Sepinggan, Balikpapan, Kalimantan Timur.

Kapolres Maros, AKBP Lafri Prasetyono mengatakan, para orangtua mereka berangkat ke Balikpapan pada Jumat 22 Januari 2016. Mereka menjemput langsung anaknya di perkumpulan Gafatar di Desa Karya Jaya, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya