Badai Salju yang Bikin Ngilu

Ahli cuaca Paul Kocin menyebut badai salju monster ini mirip dengan fenomena 'Snowmageddon' yang melumpuhkan Washington DC pada 2010.

oleh Muhammad AliNadya IsnaeniElin Yunita KristantiRita AyuningtyasArie Mega Prastiwi diperbarui 25 Jan 2016, 00:07 WIB
Seorang pekerja membersihkan tumpuhkan salju di AS. (telegraph.co.uk)

Liputan6.com, Jakarta - Ancaman badai salju seolah sudah menjadi 'teror' tahunan bagi sebagian besar warga Amerika Serikat. Termasuk tahun ini, badai salju dahsyat yang melanda Pantai Timur Amerika Serikat berdampak pada kehidupan 85 juta orang di wilayah yang dilewatinya.

Alam memang terlalu kuat untuk dilawan. Jalanan terkubur salju tebal, rumah-rumah rusak, gedung-gedung pemerintahan dan sekolah ditutup. Lebih dari 7.600 penerbangan sepanjang Jumat hingga Sabtu lalu dibatalkan.

Polisi dibuat sibuk bukan kepalang mengurai kemacetan yang parah, menangani kecelakaan, atau merespons laporan orang-orang yang mobilnya terjebak di tengah timbunan salju.

Laga olahraga, juga konser yang tiketnya telah terjual, terpaksa dibatalkan di tengah udara beku.

Kota Washington DC diperkirakan akan terkubur salju setebal 76 cm (Reuters)

Pada Jumat malam, aliran listrik untuk 132.739 pelanggan putus di wilayah Southeast. Pun dengan 125 ribu lainnya di Carolinas. Demikian menurut perusahaan energi Duke Energy.

Badai salju juga merenggut nyawa yang mayoritas akibat kecelakaan yang terjadi di jalanan beku dan licin. Sementara 5 negara bagian di AS mengeluarkan status darurat. Warga diminta untuk tetap tinggal di dalam rumah.

Rak-rak supermarket kosong. Jutaan warga AS menimbun bahan pangan dan perbekalan. Salah satu konsumen, Sharon Brewington, belajar banyak dari badai yang pernah terjadi 2010 lalu.

Kala itu ia dan anak-anaknya terpaksa bertahan hidup dengan mi instan dan air. "Aku tak akan mengulangi kesalahan itu," kata dia, seperti dikutip dari BBC, Sabtu 23 Januari 2016. Maka, ia pun menimbun bahan makanan.

Sementara itu, Washington DC diperkirakan menjadi wilayah terdampak terparah. Ibu kota AS itu akan 'terkubur' salju setebal 76 cm. Bahkan, Presiden Barack Obama dilaporkan tak bakal beranjak dari Gedung Putih.

Wali Kota Washington DC Muriel Bowser mengatakan, badai dahsyat ini bisa berdampak kepada 'hidup dan mati'. "Warga diminta berlindung, masuk ke penampungan, dan menjauhi jalanan," kata dia.

Terburuk dalam Sejarah

Jumat petang, saat salju pertama turun di Washington DC, badan meteorologi atau National Weather Service sudah memperingatkan badai yang akan terjadi mungkin jadi yang terburuk dalam sejarah kota itu.

"Berpotensi menjadi badai yang sangat berbahaya yang bisa berdampak pada 50 juta orang," kata mereka.

Ahli cuaca Paul Kocin menyebut badai salju monster ini mirip dengan fenomena 'Snowmageddon' yang melumpuhkan Washington DC pada 2010.

Warga di Virginia dan Maryland mendapat peringatan bahwa hujan salju bakal turun dalam intensitas parah, melampaui yang pernah terjadi pada 1992.

9 orang tewas akibat badai salju dahsyat menerjang Pantai Timur AS (Reuters)

Sementara itu, di New York yang merupakan paling sibuk di AS, Wali Kota Bill de Blasio meminta warganya bersiap untuk menghadapi kemungkinan terburuk.

Walikota DC Muriel Bowser telah meminta seluruh warganya untuk tetap tinggal di dalam rumah agar pekerja dapat membersihkan salju yang telah menutup sebagian besar jalan-jalan.

"Kami meminta maaf bahwa kami tidak memiliki sumber daya manusia yang memadai dalam membersihkan jalan-jalan dari salju," kata Bowser.

Polisi Negara Bagian Virginia telah mencatat 767 kecelakaan dan merespons lebih dari 392 panggilan telepon akibat mobil terjebak salju.

Di Kota Maryland, seorang pria yang tengah berjalan di saat salju turun dilaporkan tewas setelah bongkahan salju menghantam kepalanya.

Lebih dari 4.500 penerbangan di negara-negara bagian di wilayah Pantai Timur terpaksa membatalkan penerbangannya akibat ancaman badai salju itu. Gubernur Georgia, Nathal Deal bahkan mengeluarkan status darurat di 21 county.

Jalur kereta Amtrak juga mengubah beberapa rutenya demi menghindari hujan salju.

Status darurat juga dikeluarkan oleh Gubernur Tom Wolf di negara bagian Virginia. "Kita tak bisa mengontrol cuaca, namun kita bisa bersiap," kata Tom Wolf.

Larangan Perjalanan di New York

Badai salju tampaknya juga akan terus terjadi di New York City, yang secara total diperkirakan akan mencapai hingga 28 inci --melompat dari prediksi awalnya.

BMKG setempat menyatakan pihaknya bisa terus memantau penurunan 1 sampai 2 inci per jam, atau mungkin 3 inci satu jam. Demikian seperti dikutip NBCnews, Sabtu malam.

Badai salju dahsyat menerjang Pantai Timur AS (Reuters)

Sementara Gubernur Andrew Cuomo menutup semua jalan pada 2.30 waktu setempat di New York City dan Long Island, serta kereta bawah tanah. Selain itu, kereta regional di New York City juga berhenti beroperasi pada siang hari.

Wali Kota New York Bill de Blasio memperingatkan pengemudi agar mematuhi peraturan jika tidak ingin ditangkap karena melanggar larangan perjalanan. Dia tidak tahu kapan pelarangan akan dicabut.

"Jika Anda keluar untuk alasan apa pun, melakukan apa pun tugas, pulanglah agar aman," kata Blassio pada konferensi pers Sabtu malam. "Ini diperkirakan akan terjadi dalam 24 jam."

Dengan adanya larangan wisata, landmark utama dan atraksi langsung ditutup secara cepat. Semua pertunjukan siang dan malam dibatalkan, dan Metropolitan Museum of Art ditutup lebih awal.

Belasan Orang Tewas

Tak hanya New York, daerah sekitarnya juga diselimuti salju hingga setebal 2 kaki atau sekitar 60,96 cm. Tercatat pula 19 nyawa melayang di sejumlah daerah akibat bencana ini. Sementara, ribuan penerbangan pada akhir pekan ini dibatalkan.

Sky News melaporkan pada Minggu (24/1/2016), 13 dari 19 korban, meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas yang disebabkan cuaca buruk ini. Mereka meninggal di Arkansas, North Carolina, Kentucky, Ohio, Tennessee, dan Virginia.

Sementara korban lainnya meninggal saat berusaha membersihkan salju. 1 Korban meninggal di Maryland dan 3 lainnya di New York. Sedangkan 2 lainnya tewas karena hipotermia di Virginia.

Laman The Weather Channel menyebutkan, salju terus turun di sejumlah daerah dari Pantai Mid-Atlantic hingga Cape Cod di tenggara Massachusetts. Padahal diprediksi salju seharusnya berhenti turun hari ini. Namun angin kencang dikabarkan bakal terus berembus dan membawa salju.

'Monster' Badai Salju Ancam Pantai Timur AS (Reuters)

Ini merupakan badai salju terbesar kedua yang melanda New York sejak 1869 silam. Saking dahsyatnya, Gubernur Negara Bagian New York Andrew Cuomo memutuskan untuk menutup semua jalan di kota tersebut sejak Sabtu 23 Januari 2016. Begitu juga semua terowongan dan jembatan.

Tak cuma memakan korban jiwa. Badai salju yang menghantam Pantai Timur Amerika Serikat (AS) juga menyebabkan kekacauan lalu lintas di negara bagian Pennsylvania dan Virginia.

Karena cuaca buruk, sepanjang 86 mil Jalan Tol Pennsylvania ditutup pada hari Minggu. Gubernur Pennsylvania Tom Wolf memprediksi, sekitar 500 kendaraan, termasuk bus, truk, dan mobil hanya bisa terjebak di antara tumpukan salju.

Seperti dilansir dari laman ABC News, kepolisian setempat bersama tim pemadam kebakaran turun tangan membantu para pengemudi yang terjebak itu.

Seorang anggota tim basket putra dari Duquesne University di Pittsburgh menjadi salah satu pengalaman pahit ini. Dia bersama kelompoknya sudah 24 jam terjebak di dalam bus yang tengah berada di Jalan Tol Pennsylvania. Meski sudah 1 hari di jalanan, mereka masih belum tahu kapan bus itu bisa melaju lagi.

Sementara di Virginia, salju yang melayang menyebabkan kawasan Afton Mountain memutih. Akibatnya sejumlah mobil pribadi terjebak di Interstate 64.

Salju yang turun dan menyelimuti Pantai Timur AS ini disebut sebagai yang terparah. Bahkan hingga menyebabkan 3 negara bagian, yakni Washington, Baltimore, dan New York City lumpuh sekaligus sejak Sabtu 23 Januari 2016.

Badai Dahsyat 1888

Badai salju memang bukan hal yang baru bagi warga Amerika Serikat, bahkan mereka sudah sangat akrab dengan fenomena alam ini. Salah satu badai salju terbesar yang pernah dicatat sejarah terjadi lebih satu abad silam, yaitu tahun 1888.

Musim dingin di Amerika Serikat sepanjang 1887-1888 merupakan musim dingin paling panjang sekaligus paling kejam. Salju turun berhari-hari tanpa nyaris henti.

Hingga pada 12 Januari 1888. Cahaya mentari menyinari Daratan Besar, Grot, Teritori Dakota. Sebuah kota kecil yang berada di padang rumput luas. Saat itulah, Walter Allen bocah 8 tahun tidak merasa hidungnya bakal bersin sepanjang hari. Ia menendang selimutnya dan bersiap menyambut matahari.

Anggota tim basket putra dari Duquesne University di Pittsburgh sudah 24 jam terjebak di dalam bus di Jalan Tol Pennsylvania.

Ia tak percaya hari ini bisa sekolah. Di seluruh Dakota hingga Nebraska, bocah-bocah menyambut matahari seperti Walter. Mereka gembira setelah berminggu-minggu terkurung dalam rumah akibat salju tak henti-hentinya turun.

Hari ini, suhu hanya 20 derajat Celcius. Dengan santai, kebanyakan anak-anak meninggalkan syal dan boot tebalnya. Tak terkecuali Walter.

Mereka memuji cuaca dan warna langit saat itu. Keemasan, seperti kelambu peri.

"Sepeti di negeri dongeng," ujar salah satu di antara mereka yang berangkat sekolah bersama-sama.

Namun, tak semua orang gembira dengan cuaca itu. Beberapa bahkan selalu curiga dengan berprinsip 'jangan pernah percayai cuaca di padang rumput utara Amerika, terlebih di musim dingin'.

Bukankah aneh, dari minus 40 derajat Celcius melonjak ke 20 derajat Celcius? Dalam semalam!

Adalah John Buchmillar, seorang petani Dakota yang tak percaya dengan cuaca seperti itu. Ia meminta anak perempuannya yang berusia 12 tahun untuk tetap berada di rumah, tak perlu ke sekolah seperti teman-temannya.

"Ada sesuatu di udara," kata Buchmillar sambil memandang langit.

Memang, ada sesuatu di langit utara. Cuaca yang cerah dalam hitungan jam, tanpa peringatan apa pun, menjadi gelap. Angin berhembus dua kali lebih cepat. Hujan salju langsung tumpah.

Dalam 3 menit, temperatur turun menjadi minus 18 derajat! Dan hanya hitungan 2 jam, turun di bawah minus 40 derajat Celcius. Anak-anak yang riang gembira pulang sekolah setelah seharian cuaca cerah, terperangkap dalam badai saju yang ganas.

Tak memakai syal dan boot, serta baju dingin seadanya, mereka tewas dalam beku.

Hari ini dikenal dengan 'Schoolchildren's Blizzard'. Badai salju disertai angin kencang yang datang tanpa sapa.

Kisah Walter dan Buchmillar adalah kisah dari buku berjudul 'The Children's Blizzard' yang ditulis oleh David Laskin mengenang tragedi itu.

Buku ini ditulis berdasarkan arsip surat kabar masa itu. Diberikan nama 'children's blizzard', karena kebanyakan dari mereka yang meninggal adalah anak-anak dari 235 orang yang tewas.

Saksi mata Carl Saltee dalam keterangan kepada surat kabar 127 tahun lalu mengatakan, "Tiba-tiba hari gelap, angin menderu kencang disertai kilat, hujan salju lantas turun dengan deras.

Saat itu, adalah badai terburuk dalam hidupku. Bahkan aku tak bisa melihat meski itu hanya 3 langkah dari tempat aku berdiri."

Hilangnya nyawa manusia dan ternak di teritori itu tak lepas dari ingatan. Kebanyakan mereka yang selamat, pasti meninggalkan luka.

"Bertahun-tahun sesudah tragedi itu, banyak orang-orang di sepanjang Dakota dan Nebraska berjalan dengan kaki kayu atau menyembunyikan tangan mereka karena jari-jarinya hilang," tulis buku itu.

Hingga kini, sejarah mencatat, tragedi ini merupakan badai salju terparah dan mematikan di Amerika Serikat.

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya