Aneh, Suasana Warga di Jawa Saat Gerhana Matahari Total 1983

Mereka riuh menabuh kentongan, kaleng kosong, perkakas dapur, hingga lesung.

oleh Azwar Anas diperbarui 25 Jan 2016, 17:01 WIB
Mereka riuh menabuh kentongan, kaleng kosong, perkakas dapur, hingga lesung.

Citizen6 Jakarta Gerhana matahari total terakhir kali menyapa Indonesia pada 11 Juni 1983. Rutenya meliputi Makassar, Kendari, Papua, dan sejumlah kota di Pulau Jawa seperti Yogyakarta, Semarang, Solo, Kudus, Madiun, Kediri, dan Surabaya.

Pada waktu itu, kehadiran gerhana matahari total membuat cemas masyarakat Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Berbeda jauh dengan kondisi saat ini, pemerintah hingga warga gegap gempita menyambut datangnya gerhana matahari pada 9 Maret 2016 mendatang.

Berdasarkan arsip yang ditelusuri Tim Citizen6, keresahan karena gerhana itu disebabkan mitos yang menyelimuti masyarakat Jawa tentang gerhana matahari. Mereka percaya gerhana matahari total sebagai bentuk pengejawantahan pusat tata surya sedang dimakan oleh makhluk jahat buruk rupa bernama Batara Kala.

Jika pada Maret 2016 nanti gerhana matahari total menghampiri Indonesia, bisa dipastikan warga akan sibuk dengan kamera, selfie, video, dan lain sebagainya. Namun tidak pada tahun 1983, warga bahu membahu menggagalkan upaya Kala. Mereka riuh menabuh kentongan, kaleng kosong, perkakas dapur, hingga lesung.

Seperti yang dialami oleh Sumarsono, tukang becak di Semarang asli Demak, Jawa Tengah. Laki-laki ini bahkan nekat pulang ke desanya hanya untuk melindungi sepetak sawah milik keluarganya. Sebab, Batara Kala diyakini juga akan memakan tanaman milik warga.

Menurut keyakinan Sumarsono, saat gerhana matahari terjadi, warga sibuk menyelamatkan ternak dan tanaman agar tidak turut dimakan Batara Kala. Pohon-pohon buah seperti pohon mangga dan kelapa harus dipukul batangnya. "Sementara tanaman sawah, seperti padi, jagung, ketela, dan palawija lainnya ditolong dengan cara disirami air," ia menjelaskan.

Bisa dibayangkan betapa menggemparkannya waktu itu, ditambah minimnya informasi seputar gerhana matahari. Satu-satunya saluran televisi yang ada waktu itu adalah TVRI. Pemerintah mengimbau kepada warga untuk tidak menonton langsung gerhana matahari total.

Stasiun TVRI waktu itu justru menayangkan berulang-ulang mengenai bahaya melihat GMT secara langsung. "Hanya satu cara melihat gerhana dengan aman, lihatlah melalui layar TVRI Anda," seru TVRI bernada iklan, seperti dikutip dari salah satu surat kabar ternama di Indonesia.

Tidak hanya itu, pada 1983 media itu juga melansir pejabat Gubernur Jawa Tengah, Ismail, ikut meminta penduduk segera masuk ke rumah begitu terdengar sirene. Masyarakat diminta menutup jendela, genteng, dan segala lubang yang memungkinkan sinar matahari masuk.

Sementara di Surabaya dan Madura, pemerintah menyita seluruh jimat yang diperjualbelikan warga dengan keyakinan jimat itu mampu membuat orang dapat melhiat gerhana matahari total dengan mata telanjang dan dijamin tidak akan buta.

Masih dilansir dari media yang sama, seorang ilmuwan bernama Prof. Dr. Bambang Hidayat mengecam aksi pemerintah yang seolah-olah memperlakukan gerhana matahari sebagai bencana alam. Padahal, gerhana matahari total merupakan gerhana paling aman untuk disaksikan secara langsung, asal tidak dalam waktu yang lama.

Kini kedatangan gerhana matahari total disambut bak putri cantik jelita parasnya. Bahkan dikabarkan pemerintah setempat telah menyiapkan segalanya untuk menyambut wisatawan yang diprediksikan akan membanjiri Indonesia pada 9 Maret 2016.
Bagaimana kamu juga sudah siap menyambutnya?

(war)

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya