Liputan6.com, Jakarta - Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) terbentuk sejak 6 Desember 1949 atau 4 tahun setelah Indonesia merdeka. Sempat berkantor di kawasan Monas, pada 1963 markas komando ini pindah ke Jalan Sudirman Nomor 55, Jakarta Pusat.
Kompleks komando seluas 7 hektare saat ini berumur 42 tahun dan terdiri dari beberapa bangunan tua yang menyimpan banyak cerita mistis. Anggota Bidang Humas Polda Metro Jaya Brigadir Budi bercerita, dia kerap mendengar kisah-kisah mistis yang terjadi di gedung ini. Bahkan pernah juga mengalaminya.
Baca Juga
- Cerita Horor 'Penunggu' Gedung DPR
- Kisah Mistis Taman Makam Pahlawan: Derap Kaki Tentara Tanpa Wujud
- Sepenggal Kisah Mistis Pabrik Gas Milik Belanda di Semarang
Advertisement
"Sebelum Bapak (Kabid Humas Kombes Mohammad Iqbal) merenovasi (gedung) ini, dulunya banyak yang 'gangguin'. Yang bisa 'lihat' sih bilangnya anak kecil sama ibunya," ujar Budi kepada Liputan6.com di lobi Gedung Bidang Humas Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (25/1/2016).
Budi mengatakan, sebelum kantor Humas diperbagus, daun pintu lobi di lantai dasar gedung bertingkat dua ini sering kali bergerak buka-tutup sendiri, tanpa ada orang yang menyentuhnya. Konon, orang yang bisa melihat mahluk halus mengatakan, seorang anak kecil sedang berayun-ayun di handle daun pintu.
"Itu kata teman yang bisa lihat, ada anak kecil lagi ayunan di pintu," imbuh Budi.
Genderuwo
Ada juga cerita genderuwo penjaga pohon besar di depan kantor Pam Obvit. Beberapa anggota yang tugas piket malam mengungkapkan, sosok pria besar hitam kerap iseng melempar buah dari atas pohon tersebut ke anggota yang sedang lewat.
"Ada genderuwo. Sukanya lempar-lempar buah dari atas pohon. Saya dengar ceritanya dari anggota yang piket malam," kata Budi.
Kemudian yang paling seram, ujar Budi, adalah pohon yang berdiri di depan mess pejabat Polda Metro Jaya. Sudah menjadi cerita dari masa ke masa jika pohon itu dihuni seorang kuntilanak yang suka menunjukkan tanda-tanda kehadirannya. Misal mengeluarkan suara wanita menangis atau cekikikan nyaring.
Pernah seorang anggota Provost yang sedang patroli malam memutar lagu, tiba-tiba lagu yang diputarnya berubah menjadi alunan lagu sinden dengan instrumen Jawa. Kejadian itu sampai membuat anggota Provost tersebut ketakutan.
"Provost yang biasa lihat, dengar kayak orang nangislah, diketawainlah. Namanya gedung tua. Jadi sekuriti nyetel lagu apa, tiba-tiba lagunya lagu Jawa. Gedung lama jadi banyak penunggu," jelas Budi.
Terakhir, kata Budi, adalah mobil yang 'ditunggui' seorang perempuan dan laki-laki. Mobil tersebut ada di basement Gedung Direktorat Sabhara. Dulunya mobil itu pernah menabrak pasangan muda mudi yang sedang mengendarai sepeda motor hingga tewas. Sejak saat itu, jika mobil hendak dipakai untuk patroli, seringkali anggota melihat dari spion ada sepasang laki-laki dan perempuan duduk di kursi belakang.
"Mobil Sabharanya nggak dipakai karena katanya pernah nabrak cewek-cowok. Kalau ada yang bawa, suka lihat ada cewek-cowok di (kursi) belakang. Kalau enggak salah sekarang mobilnya ada di basement 3," tutup Budi.